BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor
prtanian sangatlah dominan, untuk mendukung sector pertanian ini salah satu
teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi benih. Benih merupakan faktor penentu terhadap
ketersediaan pangan di Indonesia karena sebagian besar tanaman pangan berasal
dari benih, jika benih yang digunakan mutunya buruk atau tidak berkualitas maka
akan berpengaruh terhadap produksi tanaman tersebut (Sadjad,
1980). Pasokan benih bermutu dalam waktu yang tepat, jumlah cukup, dan
kontinyu diperlukan untuk mencapai produktivitas tanaman yang tinggi. Mutu
benih yang unggul selain dicirikan oleh kemurniannya yang tinggi juga harus
bervigor tinggi. Untuk menyediakan benih yang berkualitas tersebut diperlukan
suatu tindakan pengujian benih sebelum benih tersebut ditanam ataupun
dipasarkan. Para petani sejak dulu dan semasa Pemerintahan
Hindia Belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan
atau bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas
maupun kuantitas.
Benih merupakan
salah satu alat reproduksi generatif tanaman yang memiliki suatu organisasi
yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk
melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan
biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut,
yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan
biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan
hasil atau panen, seperti pemilihan hasil (selection) untuk benih padi,
kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk benih-benih untuk tanaman
perdagangan seperti : kopi, tembakau, cengkeh, coklat dan beberapa jenis
tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik akan disisihkan,
dirawat dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Walaupun hasilnya kurang memuaskan
tetapi pemilihan benih pada jaman dahulu tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal
yang akan merugikan para petani tersebut. Dengan cara ini tingkat mutu dan
hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah
dilakukan berabad-abad lamanya. Pengujian yang dilakukan biasanya dengan
menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium dan menggigit benih-benih
tersebut, dengan patokan-patokan tradisional (Tatipata,
et al, 2004). Pengujian
benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari
berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu
benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan
dapat meningkatkan berbagai produk pertanian
(Throneberry and Smith. 1955).
1.2
Permasalahan
1. Bahas
data golongan !
2. Jelaskan
kembali primer, komposit,
kiriman dan contoh kerja !
3. Seberapa besar nilai kemurnian benih dan manfaat
pengujian kemurnian benih?
4. Bagaimana daya kecambah yang ditanam bandingkan dengan
literatur!
5. Kenapa
ada normal, abnormal dan mati!
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
1.
Melatih mahasiswa dalam pengambilan
contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman
dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.
Menentukan
komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil
pengujian kemurnian benih.
1.3.2
Manfaat
1.
Dapat memperoleh keahlian dalam
pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari
contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.
Dapat menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian
benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Produsen benih dengan yang akan memasarkan produk-produk benihnya
untuk diperdagangkan harus bersedia menghadapi tuntutan jika ternyata produknya
telah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Oleh karena
itu setiap produsen benih selalu menghubungkan produk yang dihasilkan dengan
laboraturium penguji yang akan menguji produk-produk tersebut.
Pengujian dalam laboraturium akan ditangani oleh analis. Biasanya dalam
laboraturium besar, seorang analis akan menangani sejenis pengujian sesuai
dengan kewenangan yang telah diperolehnya, misalnya analis perkecambahan,
analis kemurnian benih dan lain sebagainya. Jadi spesialisasi lazimnya
dilangsungkan. Tetapi dalam laboraturium kecil, seorang analis biasanya harus
berkemampuan untuk menangani pengujian semua jenis yang perlu diuji, tentunya
analisa ini harus memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup, untuk
menangani semua tugasnya itu. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang
taksonomi tanaman, penyakit tanaman pada benih, pengetahuan tentang benih-benih
tanaman, biji-bijian herba, tentang benih tanaman yang matang, muda, berisi dan
kosong.
Apabila dalam pengujian laboraturium ternyata benih tersebut tidak memenuhi
standar mutu karena kadar airnya saja, maka penangkar dapat mengajukan
permintaan pengambilan contoh ulangan setelah benih tersebut dikeringkan
kembali. Sering kali para produsen benih menghendaki pengujian atas benih yang
diperdagangkannya, namun pengujian tersebut hanyalah sekedar untuk mengetahui
apakah benih tersebut masih aktif atau tidak.
Pengujian-pengujian benih yang
seharusnya dilakukan, yaitu (1) pengujian setelah benih tersebut mengalami
processing, (2) pengujian benih tersebut ketika dimintakan pelabelan, (3)
ketika akan ditanam dalam rangka pengembangan benih. Pengujian setelah benih
mengalami processing lazimnya menyangkut semua hal yang berkaitan dengan
kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan menghadapi penanaman hanyalah
berkisar pada daya tumbuhnya saja (Ching, et al,
1977).
Pengujian-pengujian biasanya
dilakukan secara rutin dan secara khusus. Pengujian rutin akan meliputi kadar
air, kemurnian dan daya tumbuh benih. Sedangkan pengujian khusus meliputi
pengujian kesehatan, varietas, keanekaragaman atau perbedaan-perbedaan serta
vigor. Dalam pengujian ini diperlukan sampel benih-benih yang perlu diuji.
Contoh atau sampel harus benar-benar merupakan sampel dari seluruh benih yang
perlu diuji. Sampel yang sangat diperlukan bagi pengujian ialah sampel dari
benih yang tengah diolah, lazimnya secara mekanis atau setelah benih disimpan
untuk sementara dalam ruangan penyimpanan yang khusus (yang telah disediakan),
dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang terawasi dengan baik.
Pengambilan sampel tersebut harus benar-benar diperhatikan karena nilainya
sangat penting sekali. Menurut Kartasapoetra (2003), walaupun pengujian benih
itu dilakukan seteliti mungkin, akan tetapi apabila sampel yang digunakannya
tidak mencerminkan secara nyata sebagai wakil dari jumlah benih yang akan
diuji, maka hasil pengujian tersebut tidak ada artinya dan tidak bermanfaat.
Untuk pengambilan contoh benih dari
tempat atau karung benih yang akan diujikan, terdapat ketentuan peralatan yang
harus digunakan. Kecuali bagi benih-benih yang tidak dapat meluncur bila
diambil oleh sesuatu alat, harus diambil menggunakan tangan. Untuk pengambilan
sejumlah kecil benih dari tempat atau wadah-wadahnya, digunakan probe (triers)
yang besar serta panjangnya berbeda tergantung dari besar dan panjangnya
wadah-wadah benih tersebut. Alat pengambil contoh benih yang disebut nobbe type
(sebatang besi, dalamnya beruangan seperti pipa, diujungnya yang lancip
terdapat lubang yang lonjong) digunakan untuk pengambilan contoh benih yang
disimpan dalam karung goni.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan
nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih
yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus
dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan
beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus
(ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam
petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan
prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik
fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang
mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian
benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian (Harringto, 1972).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih
tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih
murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk
analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai
berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan
jenis/spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
·
Benih masak utuh
·
Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
·
Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
·
Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari
separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih
tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
·
Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat
dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam
contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa
dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: 1) Benih dan bagian benih (benih tanpa kulit benih,
benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih
≤ 0,5 ukuran normal, cangkang benih dan kulit benih); 2) Bahan lain (sekam,
pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.)
Menurut Yaya, et al. (2003), dalam pengambilan contoh kerja
untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian analisis
kemurnian benihBAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor
prtanian sangatlah dominan, untuk mendukung sector pertanian ini salah satu
teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi benih. Benih merupakan faktor penentu terhadap
ketersediaan pangan di Indonesia karena sebagian besar tanaman pangan berasal
dari benih, jika benih yang digunakan mutunya buruk atau tidak berkualitas maka
akan berpengaruh terhadap produksi tanaman tersebut (Sadjad,
1980). Pasokan benih bermutu dalam waktu yang tepat, jumlah cukup, dan
kontinyu diperlukan untuk mencapai produktivitas tanaman yang tinggi. Mutu
benih yang unggul selain dicirikan oleh kemurniannya yang tinggi juga harus
bervigor tinggi. Untuk menyediakan benih yang berkualitas tersebut diperlukan
suatu tindakan pengujian benih sebelum benih tersebut ditanam ataupun
dipasarkan. Para petani sejak dulu dan semasa Pemerintahan
Hindia Belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan
atau bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas
maupun kuantitas.
Benih merupakan
salah satu alat reproduksi generatif tanaman yang memiliki suatu organisasi
yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk
melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan
biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut,
yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan
biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan
hasil atau panen, seperti pemilihan hasil (selection) untuk benih padi,
kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk benih-benih untuk tanaman
perdagangan seperti : kopi, tembakau, cengkeh, coklat dan beberapa jenis
tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik akan disisihkan,
dirawat dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Walaupun hasilnya kurang memuaskan
tetapi pemilihan benih pada jaman dahulu tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal
yang akan merugikan para petani tersebut. Dengan cara ini tingkat mutu dan
hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah
dilakukan berabad-abad lamanya. Pengujian yang dilakukan biasanya dengan
menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium dan menggigit benih-benih
tersebut, dengan patokan-patokan tradisional (Tatipata,
et al, 2004). Pengujian
benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari
berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu
benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan
dapat meningkatkan berbagai produk pertanian
(Throneberry and Smith. 1955).
1.2
Permasalahan
1. Bahas
data golongan !
2. Jelaskan
kembali primer, komposit,
kiriman dan contoh kerja !
3. Seberapa besar nilai kemurnian benih dan manfaat
pengujian kemurnian benih?
4. Bagaimana daya kecambah yang ditanam bandingkan dengan
literatur!
5. Kenapa
ada normal, abnormal dan mati!
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
1.
Melatih mahasiswa dalam pengambilan
contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman
dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.
Menentukan
komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil
pengujian kemurnian benih.
1.3.2
Manfaat
1.
Dapat memperoleh keahlian dalam
pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari
contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.
Dapat menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian
benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Produsen benih dengan yang akan memasarkan produk-produk benihnya
untuk diperdagangkan harus bersedia menghadapi tuntutan jika ternyata produknya
telah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Oleh karena
itu setiap produsen benih selalu menghubungkan produk yang dihasilkan dengan
laboraturium penguji yang akan menguji produk-produk tersebut.
Pengujian dalam laboraturium akan ditangani oleh analis. Biasanya dalam
laboraturium besar, seorang analis akan menangani sejenis pengujian sesuai
dengan kewenangan yang telah diperolehnya, misalnya analis perkecambahan,
analis kemurnian benih dan lain sebagainya. Jadi spesialisasi lazimnya
dilangsungkan. Tetapi dalam laboraturium kecil, seorang analis biasanya harus
berkemampuan untuk menangani pengujian semua jenis yang perlu diuji, tentunya
analisa ini harus memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup, untuk
menangani semua tugasnya itu. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang
taksonomi tanaman, penyakit tanaman pada benih, pengetahuan tentang benih-benih
tanaman, biji-bijian herba, tentang benih tanaman yang matang, muda, berisi dan
kosong.
Apabila dalam pengujian laboraturium ternyata benih tersebut tidak memenuhi
standar mutu karena kadar airnya saja, maka penangkar dapat mengajukan
permintaan pengambilan contoh ulangan setelah benih tersebut dikeringkan
kembali. Sering kali para produsen benih menghendaki pengujian atas benih yang
diperdagangkannya, namun pengujian tersebut hanyalah sekedar untuk mengetahui
apakah benih tersebut masih aktif atau tidak.
Pengujian-pengujian benih yang
seharusnya dilakukan, yaitu (1) pengujian setelah benih tersebut mengalami
processing, (2) pengujian benih tersebut ketika dimintakan pelabelan, (3)
ketika akan ditanam dalam rangka pengembangan benih. Pengujian setelah benih
mengalami processing lazimnya menyangkut semua hal yang berkaitan dengan
kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan menghadapi penanaman hanyalah
berkisar pada daya tumbuhnya saja (Ching, et al,
1977).
Pengujian-pengujian biasanya
dilakukan secara rutin dan secara khusus. Pengujian rutin akan meliputi kadar
air, kemurnian dan daya tumbuh benih. Sedangkan pengujian khusus meliputi
pengujian kesehatan, varietas, keanekaragaman atau perbedaan-perbedaan serta
vigor. Dalam pengujian ini diperlukan sampel benih-benih yang perlu diuji.
Contoh atau sampel harus benar-benar merupakan sampel dari seluruh benih yang
perlu diuji. Sampel yang sangat diperlukan bagi pengujian ialah sampel dari
benih yang tengah diolah, lazimnya secara mekanis atau setelah benih disimpan
untuk sementara dalam ruangan penyimpanan yang khusus (yang telah disediakan),
dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang terawasi dengan baik.
Pengambilan sampel tersebut harus benar-benar diperhatikan karena nilainya
sangat penting sekali. Menurut Kartasapoetra (2003), walaupun pengujian benih
itu dilakukan seteliti mungkin, akan tetapi apabila sampel yang digunakannya
tidak mencerminkan secara nyata sebagai wakil dari jumlah benih yang akan
diuji, maka hasil pengujian tersebut tidak ada artinya dan tidak bermanfaat.
Untuk pengambilan contoh benih dari
tempat atau karung benih yang akan diujikan, terdapat ketentuan peralatan yang
harus digunakan. Kecuali bagi benih-benih yang tidak dapat meluncur bila
diambil oleh sesuatu alat, harus diambil menggunakan tangan. Untuk pengambilan
sejumlah kecil benih dari tempat atau wadah-wadahnya, digunakan probe (triers)
yang besar serta panjangnya berbeda tergantung dari besar dan panjangnya
wadah-wadah benih tersebut. Alat pengambil contoh benih yang disebut nobbe type
(sebatang besi, dalamnya beruangan seperti pipa, diujungnya yang lancip
terdapat lubang yang lonjong) digunakan untuk pengambilan contoh benih yang
disimpan dalam karung goni.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan
nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih
yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus
dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan
beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus
(ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam
petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan
prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik
fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang
mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian
benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian (Harringto, 1972).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih
tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih
murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk
analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai
berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan
jenis/spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
·
Benih masak utuh
·
Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
·
Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
·
Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari
separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih
tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
·
Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat
dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam
contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa
dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: 1) Benih dan bagian benih (benih tanpa kulit benih,
benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih
≤ 0,5 ukuran normal, cangkang benih dan kulit benih); 2) Bahan lain (sekam,
pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.)
Menurut Yaya, et al. (2003), dalam pengambilan contoh kerja
untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian analisis
kemurnian benih
Bewley and Black (1985)
Dari skema diatas dapat diketahi bahwa pengambilan
contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan
pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali
setengah berat contoh kerja.
Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka
dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan
pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih
diidentifikasi satu persatu secara visual bedasarkan penampakan morfologi.
Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan
analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. Hasil
dari penimbangan dilakukan perhitungan faktor kehilangan.
Ket. ck = contoh kerja
k1 = benih murni
k2 = benih
tanaman lain
k3 = kotoran
benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat
> 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan
contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan
dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
Ket. k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan
penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis
kemurnian, yaitu:
a)
Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1
desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.
b)
Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi
keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya
dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
c)
Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi
pada komponen yang nialinya terbesar.
d)
Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain,
kotoran benih harus dicantumkan.
Pada
prinsipnya analisis kemurnian di laboratorium ialah memisahkan contoh benih
dalam tiga bagian yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran
benih. Analisis kemurnian ini dilakukan dengan cara manual menggunakan pinset.
Benih yang akan diuji dihamparkan di atas meja analisis kemudian benih
dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu benih murni, kotoran benih dan campuran varietas
lain
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum tentang Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian Kemurnian dan Daya Tumbuhnya yaitu pada hari Sabtu, tanggal 19 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB – selesai, bertempat di
Laboratorium Teknologi
Benih, Jurusan Agronomi,
Fakultas Pertanian,
Universitas Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Alat pembagi tipe Boerner
2. Wadah benih
3. Pinset
4. Lensa pembesar
5. Timbangan
6. Bak
Pengecambah
7. Subtrat Pasir
3.2.2
Bahan
1. Benih kacang tanah
2. Substrat merang
3.3
Cara Kerja
1.
Mengambil
contoh benih biji konsumsi kacang tanah dari pasar yang dijadikan
sebagai contoh primer, lalu mencampur menjadi contoh campuran dan mengurangi
serta mengacak dengan alat tipe Boerner menjadi contoh kiriman.
2.
Mendapatkan contoh kerja kemurnian dari contoh kiriman, serta mengacak dengan alat tipe Boerner menjadi contoh kerja kemurnian kacang tanah
sebesar 1000 gram.
3.
Menimbang
contoh kerja kemurnian sehingga memperoleh berat awal (gram) dengan menggunakan
angka 1 desimal.
4.
Memisahkan
contoh kerja di atas meja lalu dengan menggunakan pinset ke dalam komponen
pengujian kemurnian benih, yaitu berat murni (BM), biji tanaman lain (BTL), dan
kotoran benih (KB).
5.
Menimbang
masing – masing komponen hasil pemisahan dan mencatat berat dengan menggunakan
1 angka decimal.
6.
Menjumlahkan
semua berat masing – masing komponen untuk mendapatkan berat total setelah
pengujian (berat akhir).
7.
Memeriksa
apakah nilai berat awal sama dengan nilai berat akhir.
Bila
selisih lebih dari 6 % pekerjaan harus diulang.
8.
Mengecambahkan
masing – masing benih murni sebanyak 25 / 50 butir dan
mengecambahkan dalam bak pengecambah. Menjaga kelembaban pada substrat kertas pada alat pengecambah.
3.4
Rancangan Evaluasi
Penentuan komposisi
contoh kerja kemurnian berdasarkan presentase berat 3 komponen dalam 1 angka
desimal yaitu :
a. Benih Murni (BM) = Berat Benih
Murni (gr) X 100%
Berat total setelah pengujian
b.
Benih Tanaman
Lain (BTL) = Berat Benih Tanaman Lain (gr) X 100%
Berat total setelah pengujian
c.
Kotoran Benih (KB) = Berat Kotoran Benih
(gr) X 100%
Berat total setelah pengujian
Hasil masing komponen
dilakukan dalam 2x setengah contoh kerja, lalu memasukkan data ke tabl
laporan pengujian kemurnian benih. Memeriksa apakah berada pada baas tleransi
atau tidak (tabel lampiran 1). Pengamatan daya kecambah dilakukan pada hari
ke-7 (7x24 jam) yang penilaiannya berdasarkan pada presentase kecambah normal tapi
juga diamati kecambah normal, abnormal dan mati. Cara penentuan presentase daya
tumbuh :
Daya
Tumbuh (%) =
Jumlah kecambah (bibit) normal X 100%
Jumlah benih yang ditanam
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengujian Kemurnian
Benih Dilakukan dengan Setengah Contoh Kerja. Kel 1 & 2 (kedelai), 3 &4
(jagung)
Ul.
|
Berat
Awal
Cnt
Kerja
|
Berat
komponen (g)
|
Berat
akhir BM+BTL+KB (g)
|
Persentase
komponen
|
Total
%
|
Toleran
Si
%
|
||||
BM
|
BTL
|
KB
|
BM
|
BTL
|
KB
|
|||||
1
|
570 g
|
55,6
|
10,50
|
3,49
|
569,9
|
97,5
|
1,8
|
0,6
|
100
|
1,63
|
2
|
570 g
|
55,0
|
17,85
|
5,19
|
575,02
|
95
|
3,11
|
0,9
|
100
|
2,12
|
3
|
585 g
|
534,3
|
54,5
|
0,09
|
588,96
|
90
|
9,2
|
0,01
|
100
|
3,04
|
4
|
568 g
|
520
|
44,53
|
1,10
|
565,63
|
91
|
7,8
|
0,1
|
100
|
2,9
|
Tabel
2. Hasil Pengamatan Daya Berkecambah Benih Jagung
Perkecambahan
|
Penilaian
kecambah
|
UL
1
|
UL
2
|
Rata-rata
(%)
|
Kel 1
|
Normal
|
18
|
14
|
64
|
Abnormal
|
6
|
7
|
||
Mati
|
1
|
4
|
||
Kel 2
|
Normal
|
22
|
19
|
82
|
Abnormal
|
3
|
5
|
||
Mati
|
-
|
1
|
||
Kel 3
|
Normal
|
25
|
24
|
99,5
|
Abnormal
|
-
|
1
|
||
Mati
|
-
|
-
|
||
Kel 4
|
Normal
|
23
|
25
|
96
|
Abnormal
|
2
|
-
|
||
Mati
|
-
|
-
|
4.2 Pembahasan
Dari data golongan yang diperoleh diketahui
bahwa dari kedua macam benih yang diujikan yaitu jagung dan kedelai diperoleh
hasil benih murni sebanyak 55,6 gr pada kedelai ulangan pertama dan pada
ulangan kedua sebanyak 55 gr. Sedangkan untuk benih jagung diketahui bahwa
berat murni 585 gr pada ulangan pertama dan 568 pada ulangan kedua. Secara umum
kedua benih yang di uji memiliki toleransi yang masih rendah sehingga masih
dapat di gunakan, hal ini di dukung dengan hasil perkecambahan yang secara rata-rata
masih menujukan hasil tinggi, hasil yang kurang baik hanya terjadi pada
pengujian kedelai ulangan 1 dengan hasil 64 % sedangkan pada pengulangan yang
lain menunjukan hasil di atas 80 % yang menandakan mutu benih masih baik.
Terdapat
beberapa jenis contoh yang diambil pada saat pengujian benih, diantara lain
adalah :
1.
Contoh primer adalah contoh tunggal yang dapat
dari setiap pengambilan suatu kelompok benih dari alat trier atau tangan.
2.
Contoh komposit merupakan kumpulan dari contoh
primer.
3.
Contoh kiriman adalah contoh komposit yang
dibagi secara merata atau acak.
4.
Contoh kerja adalah contoh kiriman yang dibagi
sesuai dengan bobot yang sudah ditentukan.
Untuk benih yang di uji pada kelompok 2,
diketahui kemurnian benih mencapai 95 % hal ini dapat dikategorikan bahwa benih
yang di uji masih memiliki kemurnian yang cukup baik. Manfaat dari pengujian
ini adalah menilai kemurnian benih sehingga diharapkan dalam proses penyimpanan
dan penggunaan bahan tanam hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kemurnian benih sangat mempengaruhi daya
kecambah suatu benih, Menurut Bewley, (1985) benih murni yang merupakan salah
satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih
yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji
diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian
benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman.
Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja,
kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang
didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh
kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoron
.Benih murni meliputi semua varietas dari setiap species yang diakui
sebagaimana yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Selain dari benih
matang dan tidak rusak ke dalam benih murni juga termasuk juga benih yang
ukurannya kurang tetapi lebih dari setengahnya dari bagian ukuran asalnya, mengkerut,
kurang matang dan sudah berkecambah, dalam keadaan dapat ditentukan dengan
pasti sebagai species yang diakui (Throneberry, 1995). Benih varietas lain merupakan benih
yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi dengan benih gandum, sedang yang bervarietas
lain merupakan benih dari tanaman sejenis yang varietasnya berbeda, misalnya
padi Serayu dengan padi Brantas.
Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma (Harringto. 1972).
Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma (Harringto. 1972).
Dalam pelaksanaan
pengujian kemurnian ini dimana komponen-komponen telah berhasil
dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan
benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan
seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram, dengan memperhatikan ketentuan
perhitungan sebagai berikut: karena dalam praktikum ini praktikan menggunakan
benih 50 gram maka setelah menghitung persentase berat dari varietas lain dan
kotoran kemudian dibandingkan dengan jumlahnya terhadap berat asli maka hasil
uji komponen benih murni tidak perlu ditimbang, dianggap 100%, perhitungan
selanjutnya 100% minus persentase berat varietas lain dan kotoran (Tatipata, 2004). Terdapat beberapa factor factor yang mempengaruhi
kemurnian benih diantaranya Yang termasuk ke
dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh,
benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah
sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih
yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke
dalam species yang dimaksud. Benih
species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang
ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma
mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam
kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari
setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain
atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik
dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma,
partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti
ranting dan daun (Ching ,1997).
Dari hasil pengujian
yang dilakukan terdapat beberapa benih yang mengalami pertumbuhan abnormal
maupun normal, pertumbuhan ini dapat dikarenakan kondisi benih yang memiliki
senyawa ataupun kandungan yang cukup sehingga perkecambahan akan normal dan
apabila benih mengalami kekurangan kandungan nutrisi yang diperlukan untuk
perkejambahan, benih akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau dengan
naman lain mengalami pertumbuhan abnormal.
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Dari data golongan yang diperoleh diketahui
bahwa dari kedua macam benih yang diujikan yaitu jagung dan kedelai
2.
Secara umum kedua benih yang di uji memiliki
toleransi yang masih rendah sehingga masih dapat di gunakan, hal ini di dukung
dengan hasil perkecambahan yang secara rata-rata masih menujukan hasil tinggi
3.
Untuk benih yang di uji pada kelompok 2,
diketahui kemurnian benih mencapai 95 % hal ini dapat dikategorikan bahwa benih
yang di uji masih memiliki kemurnian yang cukup baik.
4.
Benih
murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting
dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.
5.2 Saran
Pada praktikum
sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dan tertib sehingga akan mengondisikan
suasana yang nyaman saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bewley and Black. 1985. Physiology and Biochemistry of
Seed in Relation to Germination. Vol. II. Springer-Verlag. Berlin,
Heidelberg, New York. 37 p.
Ching, Mary, Boulger and Konstrad. 1977. Correlation of
Field Emergeny Rate and Vigor Criteria in Barley ultivars, Crop sci.17,
312-314
Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed
Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.
Kartasapoetra. 2003. Teknologi
Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.
Sadjad. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di
Indonesia. Bogor : IPB.
Tatipata, Yudono, Purwantoro dan Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek
Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai
Dalam Penyimpanan (Study on Physiology and Biochemistry Aspects of Soybean Seed
Deterioration in Storage). Ilmu Pertanian 11 (2), Hal. 76-87.
Throneberry and Smith. 1955. Relation of Respirations and
Enzymic Activity to Corn Seed Viability. Plant Physiol. 30:337 – 343.
Yaya, Vearasilp, Phosupongi, dan Tpoweezik.
2003. Prediction of Soybean Seed Viablity and Quality In Relation To Seed Moisture
Contents and Storage Temperature. Chiangmay University, Department of
Agronomy. Thailand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar