Selasa, 23 Juli 2013

pengujian kemurnian benih jagung

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor prtanian sangatlah dominan, untuk mendukung sector pertanian ini salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi benih. Benih merupakan faktor penentu terhadap ketersediaan pangan di Indonesia karena sebagian besar tanaman pangan berasal dari benih, jika benih yang digunakan mutunya buruk atau tidak berkualitas maka akan berpengaruh terhadap produksi tanaman tersebut (Sadjad, 1980). Pasokan benih bermutu dalam waktu yang tepat, jumlah cukup, dan kontinyu diperlukan untuk mencapai produktivitas tanaman yang tinggi. Mutu benih yang unggul selain dicirikan oleh kemurniannya yang tinggi juga harus bervigor tinggi. Untuk menyediakan benih yang berkualitas tersebut diperlukan suatu tindakan pengujian benih sebelum benih tersebut ditanam ataupun dipasarkan. Para petani sejak dulu dan semasa Pemerintahan Hindia Belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan atau bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas maupun kuantitas.
Benih merupakan salah satu alat reproduksi generatif tanaman yang memiliki suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil atau panen, seperti pemilihan hasil (selection) untuk benih padi, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk benih-benih untuk tanaman perdagangan seperti : kopi, tembakau, cengkeh, coklat dan beberapa jenis tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik akan disisihkan, dirawat dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Walaupun hasilnya kurang memuaskan tetapi pemilihan benih pada jaman dahulu tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal yang akan merugikan para petani tersebut. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan berabad-abad lamanya. Pengujian yang dilakukan biasanya dengan menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium dan menggigit benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional (Tatipata, et al, 2004). Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Throneberry and Smith. 1955).

1.2 Permasalahan
1.    Bahas data golongan !
2.    Jelaskan kembali primer, komposit, kiriman dan contoh kerja !
3.    Seberapa besar nilai kemurnian benih dan manfaat pengujian kemurnian benih?
4.    Bagaimana daya kecambah yang ditanam bandingkan dengan literatur!
5.     Kenapa ada normal, abnormal dan mati!

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.    Melatih mahasiswa dalam pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.    Menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.

1.3.2 Manfaat
1.    Dapat memperoleh keahlian dalam pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.    Dapat menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Produsen benih dengan yang akan memasarkan produk-produk benihnya untuk diperdagangkan harus bersedia menghadapi tuntutan jika ternyata produknya telah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu setiap produsen benih selalu menghubungkan produk yang dihasilkan dengan laboraturium penguji yang akan menguji produk-produk tersebut.
Pengujian dalam laboraturium akan ditangani oleh analis. Biasanya dalam laboraturium besar, seorang analis akan menangani sejenis pengujian sesuai dengan kewenangan yang telah diperolehnya, misalnya analis perkecambahan, analis kemurnian benih dan lain sebagainya. Jadi spesialisasi lazimnya dilangsungkan. Tetapi dalam laboraturium kecil, seorang analis biasanya harus berkemampuan untuk menangani pengujian semua jenis yang perlu diuji, tentunya analisa ini harus memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup, untuk menangani semua tugasnya itu. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang taksonomi tanaman, penyakit tanaman pada benih, pengetahuan tentang benih-benih tanaman, biji-bijian herba, tentang benih tanaman yang matang, muda, berisi dan kosong.
Apabila dalam pengujian laboraturium ternyata benih tersebut tidak memenuhi standar mutu karena kadar airnya saja, maka penangkar dapat mengajukan permintaan pengambilan contoh ulangan setelah benih tersebut dikeringkan kembali. Sering kali para produsen benih menghendaki pengujian atas benih yang diperdagangkannya, namun pengujian tersebut hanyalah sekedar untuk mengetahui apakah benih tersebut masih aktif atau tidak.
            Pengujian-pengujian benih yang seharusnya dilakukan, yaitu (1) pengujian setelah benih tersebut mengalami processing, (2) pengujian benih tersebut ketika dimintakan pelabelan, (3) ketika akan ditanam dalam rangka pengembangan benih. Pengujian setelah benih mengalami processing lazimnya menyangkut semua hal yang berkaitan dengan kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan menghadapi penanaman hanyalah berkisar pada daya tumbuhnya saja (Ching, et al, 1977).
            Pengujian-pengujian biasanya dilakukan secara rutin dan secara khusus. Pengujian rutin akan meliputi kadar air, kemurnian dan daya tumbuh benih. Sedangkan pengujian khusus meliputi pengujian kesehatan, varietas, keanekaragaman atau perbedaan-perbedaan serta vigor. Dalam pengujian ini diperlukan sampel benih-benih yang perlu diuji. Contoh atau sampel harus benar-benar merupakan sampel dari seluruh benih yang perlu diuji. Sampel yang sangat diperlukan bagi pengujian ialah sampel dari benih yang tengah diolah, lazimnya secara mekanis atau setelah benih disimpan untuk sementara dalam ruangan penyimpanan yang khusus (yang telah disediakan), dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang terawasi dengan baik. Pengambilan sampel tersebut harus benar-benar diperhatikan karena nilainya sangat penting sekali. Menurut Kartasapoetra (2003), walaupun pengujian benih itu dilakukan seteliti mungkin, akan tetapi apabila sampel yang digunakannya tidak mencerminkan secara nyata sebagai wakil dari jumlah benih yang akan diuji, maka hasil pengujian tersebut tidak ada artinya dan tidak bermanfaat.
            Untuk pengambilan contoh benih dari tempat atau karung benih yang akan diujikan, terdapat ketentuan peralatan yang harus digunakan. Kecuali bagi benih-benih yang tidak dapat meluncur bila diambil oleh sesuatu alat, harus diambil menggunakan tangan. Untuk pengambilan sejumlah kecil benih dari tempat atau wadah-wadahnya, digunakan probe (triers) yang besar serta panjangnya berbeda tergantung dari besar dan panjangnya wadah-wadah benih tersebut. Alat pengambil contoh benih yang disebut nobbe type (sebatang besi, dalamnya beruangan seperti pipa, diujungnya yang lancip terdapat lubang yang lonjong) digunakan untuk pengambilan contoh benih yang disimpan dalam karung goni.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian (Harringto, 1972)
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
·      Benih masak utuh
·      Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
·      Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
·      Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
·      Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: 1) Benih dan bagian benih (benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal, cangkang benih dan kulit benih); 2) Bahan lain (sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.)
Menurut Yaya, et al. (2003), dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian analisis kemurnian benihBAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor prtanian sangatlah dominan, untuk mendukung sector pertanian ini salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi benih. Benih merupakan faktor penentu terhadap ketersediaan pangan di Indonesia karena sebagian besar tanaman pangan berasal dari benih, jika benih yang digunakan mutunya buruk atau tidak berkualitas maka akan berpengaruh terhadap produksi tanaman tersebut (Sadjad, 1980). Pasokan benih bermutu dalam waktu yang tepat, jumlah cukup, dan kontinyu diperlukan untuk mencapai produktivitas tanaman yang tinggi. Mutu benih yang unggul selain dicirikan oleh kemurniannya yang tinggi juga harus bervigor tinggi. Untuk menyediakan benih yang berkualitas tersebut diperlukan suatu tindakan pengujian benih sebelum benih tersebut ditanam ataupun dipasarkan. Para petani sejak dulu dan semasa Pemerintahan Hindia Belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan atau bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas maupun kuantitas.
Benih merupakan salah satu alat reproduksi generatif tanaman yang memiliki suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil atau panen, seperti pemilihan hasil (selection) untuk benih padi, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk benih-benih untuk tanaman perdagangan seperti : kopi, tembakau, cengkeh, coklat dan beberapa jenis tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik akan disisihkan, dirawat dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Walaupun hasilnya kurang memuaskan tetapi pemilihan benih pada jaman dahulu tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal yang akan merugikan para petani tersebut. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan berabad-abad lamanya. Pengujian yang dilakukan biasanya dengan menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium dan menggigit benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional (Tatipata, et al, 2004). Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Throneberry and Smith. 1955).

1.2 Permasalahan
1.    Bahas data golongan !
2.    Jelaskan kembali primer, komposit, kiriman dan contoh kerja !
3.    Seberapa besar nilai kemurnian benih dan manfaat pengujian kemurnian benih?
4.    Bagaimana daya kecambah yang ditanam bandingkan dengan literatur!
5.     Kenapa ada normal, abnormal dan mati!

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.    Melatih mahasiswa dalam pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.    Menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.

1.3.2 Manfaat
1.    Dapat memperoleh keahlian dalam pengambilan contoh benih dengan mendapatkan contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan contoh benih.
2.    Dapat menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil pengujian kemurnian benih.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Produsen benih dengan yang akan memasarkan produk-produk benihnya untuk diperdagangkan harus bersedia menghadapi tuntutan jika ternyata produknya telah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu setiap produsen benih selalu menghubungkan produk yang dihasilkan dengan laboraturium penguji yang akan menguji produk-produk tersebut.
Pengujian dalam laboraturium akan ditangani oleh analis. Biasanya dalam laboraturium besar, seorang analis akan menangani sejenis pengujian sesuai dengan kewenangan yang telah diperolehnya, misalnya analis perkecambahan, analis kemurnian benih dan lain sebagainya. Jadi spesialisasi lazimnya dilangsungkan. Tetapi dalam laboraturium kecil, seorang analis biasanya harus berkemampuan untuk menangani pengujian semua jenis yang perlu diuji, tentunya analisa ini harus memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup, untuk menangani semua tugasnya itu. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang taksonomi tanaman, penyakit tanaman pada benih, pengetahuan tentang benih-benih tanaman, biji-bijian herba, tentang benih tanaman yang matang, muda, berisi dan kosong.
Apabila dalam pengujian laboraturium ternyata benih tersebut tidak memenuhi standar mutu karena kadar airnya saja, maka penangkar dapat mengajukan permintaan pengambilan contoh ulangan setelah benih tersebut dikeringkan kembali. Sering kali para produsen benih menghendaki pengujian atas benih yang diperdagangkannya, namun pengujian tersebut hanyalah sekedar untuk mengetahui apakah benih tersebut masih aktif atau tidak.
            Pengujian-pengujian benih yang seharusnya dilakukan, yaitu (1) pengujian setelah benih tersebut mengalami processing, (2) pengujian benih tersebut ketika dimintakan pelabelan, (3) ketika akan ditanam dalam rangka pengembangan benih. Pengujian setelah benih mengalami processing lazimnya menyangkut semua hal yang berkaitan dengan kualitas, sedangkan pengujian untuk pelabelan dan menghadapi penanaman hanyalah berkisar pada daya tumbuhnya saja (Ching, et al, 1977).
            Pengujian-pengujian biasanya dilakukan secara rutin dan secara khusus. Pengujian rutin akan meliputi kadar air, kemurnian dan daya tumbuh benih. Sedangkan pengujian khusus meliputi pengujian kesehatan, varietas, keanekaragaman atau perbedaan-perbedaan serta vigor. Dalam pengujian ini diperlukan sampel benih-benih yang perlu diuji. Contoh atau sampel harus benar-benar merupakan sampel dari seluruh benih yang perlu diuji. Sampel yang sangat diperlukan bagi pengujian ialah sampel dari benih yang tengah diolah, lazimnya secara mekanis atau setelah benih disimpan untuk sementara dalam ruangan penyimpanan yang khusus (yang telah disediakan), dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang terawasi dengan baik. Pengambilan sampel tersebut harus benar-benar diperhatikan karena nilainya sangat penting sekali. Menurut Kartasapoetra (2003), walaupun pengujian benih itu dilakukan seteliti mungkin, akan tetapi apabila sampel yang digunakannya tidak mencerminkan secara nyata sebagai wakil dari jumlah benih yang akan diuji, maka hasil pengujian tersebut tidak ada artinya dan tidak bermanfaat.
            Untuk pengambilan contoh benih dari tempat atau karung benih yang akan diujikan, terdapat ketentuan peralatan yang harus digunakan. Kecuali bagi benih-benih yang tidak dapat meluncur bila diambil oleh sesuatu alat, harus diambil menggunakan tangan. Untuk pengambilan sejumlah kecil benih dari tempat atau wadah-wadahnya, digunakan probe (triers) yang besar serta panjangnya berbeda tergantung dari besar dan panjangnya wadah-wadah benih tersebut. Alat pengambil contoh benih yang disebut nobbe type (sebatang besi, dalamnya beruangan seperti pipa, diujungnya yang lancip terdapat lubang yang lonjong) digunakan untuk pengambilan contoh benih yang disimpan dalam karung goni.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian (Harringto, 1972)
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
·      Benih masak utuh
·      Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
·      Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
·      Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
·      Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: 1) Benih dan bagian benih (benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal, cangkang benih dan kulit benih); 2) Bahan lain (sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.)
Menurut Yaya, et al. (2003), dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian analisis kemurnian benih
Bewley and Black (1985)

Dari skema diatas dapat diketahi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan perhitungan faktor kehilangan.
Faktor kehilangan =image003
Ket. ck = contoh kerja
k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
% benih murni =image004
% benih lain =image005
% kotoran =image006
Ket. k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
a)        Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.
b)        Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
c)        Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya terbesar.
d)       Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan.
Pada prinsipnya analisis kemurnian di laboratorium ialah memisahkan contoh benih dalam tiga bagian yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih. Analisis kemurnian ini dilakukan dengan cara manual menggunakan pinset. Benih yang akan diuji dihamparkan di atas meja analisis kemudian benih dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu benih murni, kotoran benih dan campuran varietas lain 
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Pelaksanaan praktikum tentang Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian Kemurnian dan Daya Tumbuhnya yaitu pada hari Sabtu, tanggal  19 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB – selesai, bertempat di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat pembagi tipe Boerner
2. Wadah benih
3. Pinset
4. Lensa pembesar
5. Timbangan
6. Bak Pengecambah
7. Subtrat Pasir

3.2.2 Bahan
1. Benih kacang tanah
2. Substrat merang

3.3 Cara Kerja
1.    Mengambil contoh benih biji konsumsi kacang tanah dari pasar yang dijadikan sebagai contoh primer, lalu mencampur menjadi contoh campuran dan mengurangi serta mengacak dengan alat tipe Boerner menjadi contoh kiriman.
2.    Mendapatkan contoh kerja kemurnian dari contoh kiriman, serta mengacak dengan alat tipe Boerner menjadi contoh kerja kemurnian kacang tanah sebesar 1000 gram.
3.    Menimbang contoh kerja kemurnian sehingga memperoleh berat awal (gram) dengan menggunakan angka 1 desimal.
4.    Memisahkan contoh kerja di atas meja lalu dengan menggunakan pinset ke dalam komponen pengujian kemurnian benih, yaitu berat murni (BM), biji tanaman lain (BTL), dan kotoran benih (KB).
5.    Menimbang masing – masing komponen hasil pemisahan dan mencatat berat dengan menggunakan 1 angka decimal.
6.    Menjumlahkan semua berat masing – masing komponen untuk mendapatkan berat total setelah pengujian (berat akhir).
7.    Memeriksa apakah nilai berat awal sama dengan nilai berat akhir. Bila selisih lebih dari 6 % pekerjaan harus diulang.
8.    Mengecambahkan masing – masing benih murni sebanyak 25 / 50 butir dan mengecambahkan dalam bak pengecambah. Menjaga kelembaban pada substrat kertas pada alat pengecambah.

3.4 Rancangan Evaluasi
Penentuan komposisi contoh kerja kemurnian berdasarkan presentase berat 3 komponen dalam 1 angka desimal yaitu :
a. Benih Murni (BM)                          = Berat     Benih      Murni (gr)    X 100%
                                                               Berat total setelah pengujian

b. Benih Tanaman Lain (BTL)            = Berat Benih Tanaman Lain (gr)    X 100%
                                                               Berat total setelah pengujian

c. Kotoran Benih (KB)                       = Berat Kotoran Benih   (gr)    X 100%
                                                               Berat total setelah pengujian

Hasil masing komponen  dilakukan dalam 2x setengah contoh kerja, lalu memasukkan data ke tabl laporan pengujian kemurnian benih. Memeriksa apakah berada pada baas tleransi atau tidak (tabel lampiran 1). Pengamatan daya kecambah dilakukan pada hari ke-7 (7x24 jam) yang penilaiannya berdasarkan pada presentase kecambah normal tapi juga diamati kecambah normal, abnormal dan mati. Cara penentuan presentase daya tumbuh :
Daya Tumbuh (%)      = Jumlah kecambah (bibit) normal X 100%
                                        Jumlah benih yang ditanam
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengujian Kemurnian Benih Dilakukan dengan Setengah Contoh Kerja. Kel 1 & 2 (kedelai), 3 &4 (jagung)
Ul.
Berat
Awal
Cnt
Kerja
Berat komponen (g)
Berat akhir BM+BTL+KB (g)
Persentase komponen
Total %
Toleran
Si
%
BM
BTL
KB
BM
BTL
KB
1
570 g
55,6
10,50
3,49
569,9
97,5
1,8
0,6
100
1,63
2
570 g
55,0
17,85
5,19
575,02
95
3,11
0,9
100
2,12
3
585 g
534,3
54,5
0,09
588,96
90
9,2
0,01
100
3,04
4
568 g
520
44,53
1,10
565,63
91
7,8
0,1
100
2,9

Tabel  2. Hasil Pengamatan Daya Berkecambah Benih Jagung
Perkecambahan
Penilaian kecambah
UL 1
UL 2

Rata-rata
(%)
Kel 1
Normal
18
14
64
Abnormal
6
7
Mati
1
4
Kel 2
Normal
22
19
82
Abnormal
3
5
Mati
-
1
Kel 3
Normal
25
24
99,5
Abnormal
-
1
Mati
-
-
Kel 4
Normal
23
25
96
Abnormal
2
-
Mati
-
-


4.2  Pembahasan
Dari data golongan yang diperoleh diketahui bahwa dari kedua macam benih yang diujikan yaitu jagung dan kedelai diperoleh hasil benih murni sebanyak 55,6 gr pada kedelai ulangan pertama dan pada ulangan kedua sebanyak 55 gr. Sedangkan untuk benih jagung diketahui bahwa berat murni 585 gr pada ulangan pertama dan 568 pada ulangan kedua. Secara umum kedua benih yang di uji memiliki toleransi yang masih rendah sehingga masih dapat di gunakan, hal ini di dukung dengan hasil perkecambahan yang secara rata-rata masih menujukan hasil tinggi, hasil yang kurang baik hanya terjadi pada pengujian kedelai ulangan 1 dengan hasil 64 % sedangkan pada pengulangan yang lain menunjukan hasil di atas 80 % yang menandakan mutu benih masih baik.
            Terdapat beberapa jenis contoh yang diambil pada saat pengujian benih, diantara lain adalah :
1.      Contoh primer adalah contoh tunggal yang dapat dari setiap pengambilan suatu kelompok benih dari alat trier atau tangan.
2.      Contoh komposit merupakan kumpulan dari contoh primer.
3.      Contoh kiriman adalah contoh komposit yang dibagi secara merata atau acak.
4.      Contoh kerja adalah contoh kiriman yang dibagi sesuai dengan bobot yang sudah ditentukan.
Untuk benih yang di uji pada kelompok 2, diketahui kemurnian benih mencapai 95 % hal ini dapat dikategorikan bahwa benih yang di uji masih memiliki kemurnian yang cukup baik. Manfaat dari pengujian ini adalah menilai kemurnian benih sehingga diharapkan dalam proses penyimpanan dan penggunaan bahan tanam hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kemurnian benih sangat mempengaruhi daya kecambah suatu benih, Menurut Bewley, (1985) benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoron .Benih murni meliputi semua varietas dari setiap species yang diakui sebagaimana yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Selain dari benih matang dan tidak rusak ke dalam benih murni juga termasuk juga benih yang ukurannya kurang tetapi lebih dari setengahnya dari bagian ukuran asalnya, mengkerut, kurang matang dan sudah berkecambah, dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai species yang diakui (Throneberry, 1995). Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi dengan benih gandum, sedang yang bervarietas lain merupakan benih dari tanaman sejenis yang varietasnya berbeda, misalnya padi Serayu dengan padi Brantas.
Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma
(Harringto. 1972).
Dalam pelaksanaan pengujian kemurnian ini dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram, dengan memperhatikan ketentuan perhitungan sebagai berikut: karena dalam praktikum ini praktikan menggunakan benih 50 gram maka setelah menghitung persentase berat dari varietas lain dan kotoran kemudian dibandingkan dengan jumlahnya terhadap berat asli maka hasil uji komponen benih murni tidak perlu ditimbang, dianggap 100%, perhitungan selanjutnya 100% minus persentase berat varietas lain dan kotoran (Tatipata, 2004). Terdapat beberapa factor factor yang mempengaruhi kemurnian benih diantaranya Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud.  Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Ching ,1997).
            Dari hasil pengujian yang dilakukan terdapat beberapa benih yang mengalami pertumbuhan abnormal maupun normal, pertumbuhan ini dapat dikarenakan kondisi benih yang memiliki senyawa ataupun kandungan yang cukup sehingga perkecambahan akan normal dan apabila benih mengalami kekurangan kandungan nutrisi yang diperlukan untuk perkejambahan, benih akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau dengan naman lain mengalami pertumbuhan abnormal.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1   Kesimpulan
1.      Dari data golongan yang diperoleh diketahui bahwa dari kedua macam benih yang diujikan yaitu jagung dan kedelai
2.      Secara umum kedua benih yang di uji memiliki toleransi yang masih rendah sehingga masih dapat di gunakan, hal ini di dukung dengan hasil perkecambahan yang secara rata-rata masih menujukan hasil tinggi
3.      Untuk benih yang di uji pada kelompok 2, diketahui kemurnian benih mencapai 95 % hal ini dapat dikategorikan bahwa benih yang di uji masih memiliki kemurnian yang cukup baik.
4.      Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.

5.2  Saran
Pada praktikum sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dan tertib sehingga akan mengondisikan suasana yang nyaman saat praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Bewley and Black. 1985. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination. Vol. II. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 37 p.

Ching, Mary, Boulger and Konstrad. 1977. Correlation of Field Emergeny Rate and Vigor Criteria in Barley ultivars, Crop sci.17, 312-314

Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.

Kartasapoetra. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.

Sadjad. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Bogor : IPB.

Tatipata, Yudono, Purwantoro dan Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam Penyimpanan (Study on Physiology and Biochemistry Aspects of  Soybean Seed Deterioration in Storage). Ilmu Pertanian 11 (2), Hal. 76-87.

Throneberry and Smith. 1955. Relation of Respirations and Enzymic Activity to Corn Seed Viability. Plant Physiol. 30:337 – 343.

Yaya, Vearasilp, Phosupongi, dan Tpoweezik. 2003. Prediction of Soybean Seed Viablity and Quality In Relation To Seed Moisture Contents and Storage Temperature. Chiangmay University, Department of Agronomy. Thailand

Tidak ada komentar:

Posting Komentar