Selasa, 23 Juli 2013

ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Agroekologi merupakan suatu bentuk pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman dan hewan dapat diharapkan akan berbeda dan tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Iklim merupakan kodisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang panjang, fisiografi, berkaitan dengan bentuk wilayah, dan tanah merupakan media utama dalam melakukan kegiatan pertanian. Ketiga komponen tetrsebut bersatu padu dalam menciptakan suatu produk uang melimpah dan berkualitas, serta bermanfaat.
            Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang cocok untuk melaksanakan kegiatan pertanian. Karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu dilaksanakan. Karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia khususnya, memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang sangat luas, jika tidak ada kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya yang akan dilakukan, maka hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia tidak akan segera maju, karena lahan dan keanekaragamannya tidak dikelola dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan benih (tanaman). Selain itu, kaitanya juga dengan pemasaran produk yang tepat, secara ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik wilayah maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup untuk itu dan akan dipelajari dalam kegiatan praktikum ini.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1.      Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
2.      Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3.      Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.

1.2.2 Manfaat
1.      Untuk menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di duatu wilayah ke dalam suatu system pangkalan data dan berbagai jenis peta shingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
2.      Untuk melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3.      Untuk memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Rotasi dan revolusi bumi dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun akan memberikan pengaruh yang beragam terhadap pertumbuhan tanaman. Lamanya periode siang dan malam di berbagai tempat di bumi ditentukan oleh posisi bumi terhadap matahari. Lamanya periode penyinaran matahari dapat mempengaruhi terhadap lamanya fase suatu perkembangan tanaman. Belahan bumi utara mengalami musim semi dan belahan bumi selatan mengalami musim gugur (Basri, 2002)
            Analisis klasifikasi wilayah merupakan suatu landasan yang sangat penting di dalam suatu perencanaan yang akan dilakukan pada wilayah yang bersangkut. Klasifikasi wilayah merupakan usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara skematis ke dalam bagian-bagian tertentu berdasarkan tujuan dan kegunaan tertentu (Wibowo, 2004)
            Penelitian ekologi gulma dengan menggunakan metode petak, telah dilakukan untuk membandingkan gulma pada lahan petak. Lebar lorong pada Alley Cropping mempengaruhi jumlah jenis, kerapatan, dan penutupan gulma (Harahap, 2004)
            Petani sudah mulai berusahauntuk membentuk pola tanam yang sesuai dengan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan produktivitas lahan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk menyesuaikan pola tanam yang sesuai dengan keadaan setempat ( Rusdi, 1996).
            Klasifikasi kesesuaian mengelompokkan lahan ke dalam kelas kesesuaian penggunaannya (Dijkerman, 1995), sedangkan klasifikasi kemampuan kesuburan tanah (Buol, 1975) didasarkan pada kesamaan kendala kesuburan tanah ke dalam unit kemampuan kesuburan (Sasongko, 1999).
            Penelitian zona agroekologi (ZAE) pada skala 1:50.000 (semidetail) merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan konsep pewilayahan komoditas pertanian dengan memperhatikan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan lahan dan rekomendasi pemupukan pada suatu wilayah. Penyesuian ZAE didasarkan pada kondisi biofisik dan sosial-ekonomi. Faktor biofisik meliputi kemiringan tanah (kelas lereng), regim temperature, dan regim kelembaban, Kelas lereng dibedakan atas: I (lereng >45%), II (lereng 25-45%), III (lereng 8-25%), dan IV (lereng <8%). Regim temperature dibedakan atas: a ( panas, thermic, dan hyperthermic), b (sejuk, mesic), dan c (dingin, frigrid). Selanjutnya regim kelembaban dibedakan atas: x (kering. ustic), y (lembab, udic), dan z (basah, aquic). Kriteria regim kelembaban dan regim temperature mengacu pada soil taxonomy. Faktor sosial ekonomi yang diguanakan untuk membedakan zona agroekologi adalah potensi tenaga kerja, beban lingkungan, komoditas pertanian unggulan, dan infrastruktur (prasarana) (Budiono, 2003).
            Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
            Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002 ).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tampat dan Waktu
            Kegiatan praktikun ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas  Jember, pada hari Selasa, 02 November 2010.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Alat penghitung (kalkulator)
2.      Spidol berwarna

3.2.2 Bahan
1.      Peta wilayah
2.      Peta iklim dan topografi
3.      Data-data cuaca dan wilayah

3.3 Cara Kerja
1.      Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1:180.000 beserta data dasarnya pada Laboratorium  Agroklimat sebagai rujukan.
2.      Dari peta-peta tersebut wilayah dapat dipilah berdasarkan :
a.       Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang tetrbagi atas rezim isopyhperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic (ketinggian 700-1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m dpl).
b.      Iklim yang mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas perudic (iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman), udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), ustic (tipe iklim C3, D3, dan E3).
c.       Jenis tanah  yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol, dan oxisol.
3.      Dengan menumpang tepatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rezim kebasahan dan peta rezim suhu, maka diperoleh peta agroekologi 1:180.000 akan diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis tanaman (meliputi anaman pangan, hltikultura, perkebunan, dan kehutanan srta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
4.      Melalui pencocokan peta administrasi dengan skala 1:180.000 untuk mendeliminasi batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Peta Ptensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu
No.
Jenis Suhu
Tanaman Potensi
1.
Isohyperthermic.
Perataan suhu tahunan lebih dari 22oC.
Pada ketinggian 0-700 m dpl.

Tanaman pangan :
padi, jagung, ubi jalar
Tanaman sayuran:
buncis, terung
Tanaman buah:
srikaya, pisang, nangka, papaya
Tanaman perkebunan:
vanili, lada
2.
Isothermic.
Perataan suhu tahunan 15-22oC, pada ketinggian 700-1500 m dpl.
Tanaman pangan:
padi, ubi kayu
Tanaman sayuran:
cabai, kacang-kacangan, sawi, tomat
Tanaman buah:
rambutan, salak, sawo
Tanaman perkebunan:
coklat, vanili, kopi robusta, jarak
3.
Isomasic.
Perataan suhu pada 8-10oC.
Pada ketinggian >1500 m dpl.
Tanaman pangan:
jagung
Tanaman sayuran:
sawi kecil
Tanaman buah:
apel, strawberry, blue berry
Tanaman perkebunan:
teh

4.1.2 Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Tanaman Potensi
1.
Alfisol. Lapisan tanah dengan permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sedang-bebas, mengandung horizon ulivial (menimbun lempung silikat)
Tanaman pangan :
padi, jagung, kedelai
Tanaman sayuran:
sawi, kubis, wortel, kentang
Tanaman buah:
apel, strawberry
Tanaman perkebunan:
teh, kopi, coklat

2.
Andisol. Disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi, punya ketebalan solum tanah (100-225 cm), warna hitam kelabu, tekstur debu, konsistensiny gembur
Tanaman pangan :
ubi, kentang
Tanaman sayuran:
wortel, kubis, kentang
Tanaman buah:
apel, manggis
Tanaman perkebunan:
kina, the, kopi, pinus
3.
Oxisol. Terdapat horizon permukaan tanah oxic yang dalam, kendungan butir lempeng, dikuasai oleh hidrosida dari besi dan alumunium.
Tanaman pangan :
padi
Tanaman sayuran:
bayam, kangkung
Tanaman buah:
bengkuang
Tanaman perkebunan:
teh

4.1.3 Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Kebasahan
No.
Rezim Kebasahan
Tanaman Potensi
1.
Perudic.
Penampang acuan tanah yang basah selama setahun.
Tipe A dan B1.
Tanaman pangan :
padi
Tanaman sayuran:
kangkung, genjer
Tanaman buah:
mangga
Tanaman perkebunan:
coklat
2.
Udic.
Penampang acuan tahun yang kering selama tidak lebih dari 90 hari, komulatif dalam setahun.
Tipe B2, C2, dan D2
Tanaman pangan :
padi, jagung
Tanaman sayuran:
tomat, cabai, wortel
Tanaman buah:
jeruk
Tanaman perkebunan:
teh, kopi, coklat
2.
Ustic.
Penampang acuan tanah kering, selama lebih dari 90 hari dalam setahun, tapi kurang dari 90 hati komulatif dalam setahun.
Tipe C3, D3, dan E
Tanaman pangan :
kedelai
Tanaman sayuran:
kacang panjang
Tanaman buah:
buah naga
Tanaman perkebunan:
Tambakau, tebu

4.1.4 Peta Potensi berdasarkan Zona Agroekologi kec. Grujugan
No.
Zona
Tanaman Potensi
1.
Alf 2.3.
Jenis tanah alfisol, rezim kebasahannya udic (2), rezim suhunya isomesic (3).
Tanaman pangan :
padi, jagung, kedelai
Tanaman sayuran:
Wortel, buncis, terung, sawi, kubis, kentang, kacang panjang
Tanaman buah:
apel, strawberry, rambutan, salak, sawo
Tanaman perkebunan:
teh, kopi, coklat, vanili, lada, tembakau, tebu
2.
Alf 2.2.
Jenis tanah alfisol, rezim kebasahaannya udic (2), rezim suhunya isothermic (2).

Tanaman pangan :
padi, jagung, kedelai, ubi kayu
Tanaman sayuran:
wortel, sawi, kubis
Tanaman buah:
Apel, sawo, jeruk, strawberry, rambutan, salak
Tanaman perkebunan:
Teh, kopi, coklat, vanili, jarak
3.
Alf 2.1.
Jenis tanahnya alfisol, rezim kebasahannya udic (2), rezim suhunya isohyperthermic (1).
Tanaman pangan :
padi, jagung, kedelai, ubi kayu
Tanaman sayuran:
sawi, kubis, wortel, kentang, cabai, tomat
Tanaman buah:
Apel, strawberry,  rambutan, salak, sawo, jeruk
Tanaman perkebunan:
kopi, teh, vanili, jarak, coklat
4.
Alf 3.1.
Jenis tanah alfisol, rezim kebasahannya ustic (3), dan rezim suhunya isohyperthermic (1).
Tanaman pangan :
kedelai, padi, jagung
Tanaman sayuran:
sawi, kubis, wortel, kentang
Tanaman buah:
Apel, strawberry
Tanaman perkebunan:
Kopi, teh, coklat
5.
And 2.3.
Jenis tanah andisol, rezim kebasahannya udic (2), rezim suhunya isomesic (3).
Tanaman pangan :
jagung, ubi, kentang, kedelai
Tanaman sayuran:
wortel, kubis, kentang, cabai, kacang-kacangan, sawi, tomat
Tanaman buah:
apel, manggis, rambutan, salak, sawo, buah naga
Tanaman perkebunan:
Teh, kina, kopi, pinus, coklat, vanili, jarak, tembakau, tebu
6.
And 2.2.
Jenis tanah andisol, rezim kebasahannya udic (2), rezim suhunya isothermic (2).
Tanaman pangan :
ubi, padi, jagung, kentang
Tanaman sayuran:
wortel, kubis, kacang-kacangan, cabai, tomat
Tanaman buah:
Apel, manggis, rambutan, salak, sawo, jeruk
Tanaman perkebunan:
teh. kopi, pinus, coklat, vanili, jarak

4.2 Pembahasan
4.2.1 Fungsi Peta Zona Agroekologi
Peta zona merupakaan gambaran pembagian atau pengelompkan suatu wilayah. Peta zona agriekologi, merupakan peta atau pewilayahan (pengelompokan wilayah) khusus dalam bidang pertanian. jadi peta zona agroekologi dapat digunakan untuk mendapatkan pewilayahan komoditas pertanian yang disesuaikan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sekitar. Sehingga dapat memberi informasi mengenai penggunaan lahan, rekomendasi penggunaan pupuk pada sutu wilayah dan komoditas unggulan berdasarakan agroekosistem, dan mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Pada akhirnya menghasilkan produk yang unggulan, baik secara kualitas dan kuantitas.

4.2.2 Karakteristik jenis tanah, tipe iklim, topografi, dari kabupaten atau daerah       yang diamati,  sesuai atau tidak dg pola pertanaman tersebut baik atau tidak untuk diterapkan, berikan alasan.
1.      Jenis Tanah
a.       Alfisol. Tanah ini terbentuk melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan 2000). menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap). Lapisan tanah dengan permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sedang-bebas, mengandung horizon ulivial (menimbun lempung silikat), banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara, tersedianya air cukup untuk pertumbuhan tanaman selama tiga bulan atau lebih. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral.
b.      Andisol. Yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi atau tropical brown forrest, yang mempunyai ketebalan solum tanah (100-225 cm), warna hitam kelabu, tekstur debu, konsistensiny gembur. Andisol dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan.

2.      Tipe Iklim (berdasarkan rezim kebasahan)
a.       Udic. Penampang acuan tahun yang kering selama tidak lebih dari 90 hari, komulatif dalam setahun. Tipe B2, C2, dan D2.  
b.      Ustic. Penampang acuan tanah kering, selama lebih dari 90 hari dalam setahun, tapi kurang dari 90 hati komulatif dalam setahun. Rezim lengas tanah yang berada aridik dan udik, dan biasanya berada di daerah tropis . Suatu jumlah terbatas dari kelengasan tersedia untuk tanaman tetapi terjadi pada saat pada saat suhu tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman. Tipe C3, D3, dan E.

3.      Topografi (berdasarkan rezim suhu)
a.       Isohyperthermic. Perataan suhu tahunan lebih dari 22oC. nPada ketinggian 0-700   m dpl.
b.      Isothermic. Perataan suhu tahunan 15-22oC, pada ketinggian 700-1500  m dpl.
Isomesic. Perataan suhu pada 8-10oC. Pada ketinggian >1500 m dpl. 
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan dan pembahasn yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pertanian dalam suatu daerah, utamanya dengan kaitannya produktivitas dan kondisi sosial budaya masyaarkat, Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
1.      Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
2.      Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar