BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekologi
merupakan suatu bentuk pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik
lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman dan hewan dapat diharapkan akan
berbeda dan tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi
atau bentuk wilayah, dan tanah. Iklim merupakan kodisi rata-rata cuaca dalam
jangka waktu yang panjang, fisiografi, berkaitan dengan bentuk wilayah, dan
tanah merupakan media utama dalam melakukan kegiatan pertanian. Ketiga komponen
tetrsebut bersatu padu dalam menciptakan suatu produk uang melimpah dan
berkualitas, serta bermanfaat.
Zona agroekologi berkaitan dengan
pola tanam dan lahan yang cocok untuk melaksanakan kegiatan pertanian. Karena
usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah,
maka pengenalan mengenai hal ini perlu dilaksanakan. Karena usaha pertanian
juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan
mengenai hal ini perlu dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui
bahwa Indonesia khususnya, memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta
perwilayahan yang sangat luas, jika tidak ada kecocokan antara lingkungan ini
dengan budidaya yang akan dilakukan, maka hasilnya tidak optimal dan pertanian
Indonesia tidak akan segera maju, karena lahan dan keanekaragamannya tidak
dikelola dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan benih
(tanaman). Selain itu, kaitanya juga dengan pemasaran produk yang tepat, secara
ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik wilayah
maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup untuk itu dan akan
dipelajari dalam kegiatan praktikum ini.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Menyusun
data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah
ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia
informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu
wilayah.
2. Melakukan
analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian
penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3. Memberikan
masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan
komoditas unggulan spesifik lokasi.
1.2.2 Manfaat
1. Untuk
menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di
duatu wilayah ke dalam suatu system pangkalan data dan berbagai jenis peta
shingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan
di suatu wilayah.
2. Untuk
melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas
pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3. Untuk
memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan
pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Rotasi dan revolusi bumi dari hari
ke hari dan dari tahun ke tahun akan memberikan pengaruh yang beragam terhadap
pertumbuhan tanaman. Lamanya periode siang dan malam di berbagai tempat di bumi
ditentukan oleh posisi bumi terhadap matahari. Lamanya periode penyinaran
matahari dapat mempengaruhi terhadap lamanya fase suatu perkembangan tanaman. Belahan
bumi utara mengalami musim semi dan belahan bumi selatan mengalami musim gugur
(Basri, 2002)
Analisis klasifikasi wilayah
merupakan suatu landasan yang sangat penting di dalam suatu perencanaan yang
akan dilakukan pada wilayah yang bersangkut. Klasifikasi wilayah merupakan
usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara skematis ke dalam
bagian-bagian tertentu berdasarkan tujuan dan kegunaan tertentu (Wibowo, 2004)
Penelitian ekologi gulma dengan
menggunakan metode petak, telah dilakukan untuk membandingkan gulma pada lahan
petak. Lebar lorong pada Alley Cropping
mempengaruhi jumlah jenis, kerapatan, dan penutupan gulma (Harahap, 2004)
Petani sudah mulai berusahauntuk
membentuk pola tanam yang sesuai dengan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan
produktivitas lahan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk
menyesuaikan pola tanam yang sesuai dengan keadaan setempat ( Rusdi, 1996).
Klasifikasi kesesuaian
mengelompokkan lahan ke dalam kelas kesesuaian penggunaannya (Dijkerman, 1995),
sedangkan klasifikasi kemampuan kesuburan tanah (Buol, 1975) didasarkan pada
kesamaan kendala kesuburan tanah ke dalam unit kemampuan kesuburan (Sasongko,
1999).
Penelitian zona agroekologi (ZAE)
pada skala 1:50.000 (semidetail) merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
konsep pewilayahan komoditas pertanian dengan memperhatikan pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai penggunaan lahan dan rekomendasi pemupukan pada suatu wilayah.
Penyesuian ZAE didasarkan pada kondisi biofisik dan sosial-ekonomi. Faktor
biofisik meliputi kemiringan tanah (kelas lereng), regim temperature, dan regim
kelembaban, Kelas lereng dibedakan atas: I (lereng >45%), II (lereng
25-45%), III (lereng 8-25%), dan IV (lereng <8%). Regim temperature dibedakan
atas: a ( panas, thermic, dan hyperthermic), b (sejuk, mesic), dan c (dingin, frigrid). Selanjutnya regim kelembaban
dibedakan atas: x (kering. ustic), y
(lembab, udic), dan z (basah, aquic). Kriteria regim kelembaban dan
regim temperature mengacu pada soil
taxonomy. Faktor sosial ekonomi yang diguanakan untuk membedakan zona
agroekologi adalah potensi tenaga kerja, beban lingkungan, komoditas pertanian
unggulan, dan infrastruktur (prasarana) (Budiono, 2003).
Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa
dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia
telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya
korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu
atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Hujan merupakan unsur fisik
lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga
merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara
umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara
umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai
kriteria utama (Lakitan, 2002 ).
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Tampat dan Waktu
Kegiatan
praktikun ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Jember, pada hari Selasa, 02 November 2010.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat
penghitung (kalkulator)
2. Spidol
berwarna
3.2.2 Bahan
1. Peta
wilayah
2. Peta
iklim dan topografi
3. Data-data
cuaca dan wilayah
3.3 Cara Kerja
1. Memperoleh
peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1:180.000 beserta
data dasarnya pada Laboratorium
Agroklimat sebagai rujukan.
2. Dari
peta-peta tersebut wilayah dapat dipilah berdasarkan :
a. Ketinggian
yang mewakili rezim suhu yang tetrbagi atas rezim isopyhperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic (ketinggian 700-1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m dpl).
b. Iklim
yang mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas perudic (iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi
Oldeman), udic (iklim tipe B2,
C2, dan D2), ustic
(tipe iklim C3, D3, dan E3).
c. Jenis
tanah yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol,
dan oxisol.
3. Dengan
menumpang tepatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta
rezim kebasahan dan peta rezim suhu, maka diperoleh peta agroekologi 1:180.000
akan diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis
tanaman (meliputi anaman pangan, hltikultura, perkebunan, dan kehutanan srta
peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
4. Melalui
pencocokan peta administrasi dengan skala 1:180.000 untuk mendeliminasi
batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction
boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi
mengenai sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Peta Ptensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu
No.
|
Jenis
Suhu
|
Tanaman
Potensi
|
|
1.
|
Isohyperthermic.
Perataan suhu tahunan lebih dari 22oC.
Pada ketinggian 0-700 m dpl.
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung, ubi jalar
|
Tanaman sayuran:
|
buncis, terung
|
||
Tanaman buah:
|
srikaya, pisang, nangka, papaya
|
||
Tanaman perkebunan:
|
vanili, lada
|
||
2.
|
Isothermic.
Perataan suhu tahunan 15-22oC,
pada ketinggian 700-1500 m dpl.
|
Tanaman pangan:
|
padi, ubi kayu
|
Tanaman sayuran:
|
cabai, kacang-kacangan, sawi, tomat
|
||
Tanaman buah:
|
rambutan, salak, sawo
|
||
Tanaman perkebunan:
|
coklat, vanili, kopi robusta, jarak
|
||
3.
|
Isomasic.
Perataan suhu pada 8-10oC.
Pada ketinggian >1500 m dpl.
|
Tanaman pangan:
|
jagung
|
Tanaman sayuran:
|
sawi kecil
|
||
Tanaman buah:
|
apel, strawberry, blue berry
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh
|
4.1.2
Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
No.
|
Jenis
Tanah
|
Tanaman
Potensi
|
|
1.
|
Alfisol. Lapisan
tanah dengan permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sedang-bebas,
mengandung horizon ulivial (menimbun lempung silikat)
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung, kedelai
|
Tanaman sayuran:
|
sawi, kubis, wortel,
kentang
|
||
Tanaman buah:
|
apel, strawberry
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh, kopi, coklat
|
||
2.
|
Andisol. Disebut juga
tubuh tanah pegunungan tinggi, punya ketebalan solum tanah (100-225 cm),
warna hitam kelabu, tekstur debu, konsistensiny gembur
|
Tanaman pangan :
|
ubi, kentang
|
Tanaman sayuran:
|
wortel, kubis,
kentang
|
||
Tanaman buah:
|
apel, manggis
|
||
Tanaman perkebunan:
|
kina, the, kopi,
pinus
|
||
3.
|
Oxisol. Terdapat
horizon permukaan tanah oxic yang dalam, kendungan butir lempeng, dikuasai
oleh hidrosida dari besi dan alumunium.
|
Tanaman pangan :
|
padi
|
Tanaman sayuran:
|
bayam, kangkung
|
||
Tanaman buah:
|
bengkuang
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh
|
4.1.3
Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Kebasahan
No.
|
Rezim
Kebasahan
|
Tanaman
Potensi
|
|
1.
|
Perudic.
Penampang acuan tanah yang basah
selama setahun.
Tipe A dan B1.
|
Tanaman pangan :
|
padi
|
Tanaman sayuran:
|
kangkung, genjer
|
||
Tanaman buah:
|
mangga
|
||
Tanaman perkebunan:
|
coklat
|
||
2.
|
Udic.
Penampang acuan tahun yang kering
selama tidak lebih dari 90 hari, komulatif dalam setahun.
Tipe B2, C2, dan D2
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung
|
Tanaman sayuran:
|
tomat, cabai, wortel
|
||
Tanaman buah:
|
jeruk
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh, kopi, coklat
|
||
2.
|
Ustic.
Penampang acuan tanah kering, selama
lebih dari 90 hari dalam setahun, tapi kurang dari 90 hati komulatif dalam
setahun.
Tipe C3, D3, dan
E
|
Tanaman pangan :
|
kedelai
|
Tanaman sayuran:
|
kacang panjang
|
||
Tanaman buah:
|
buah naga
|
||
Tanaman perkebunan:
|
Tambakau, tebu
|
4.1.4 Peta
Potensi berdasarkan Zona Agroekologi kec. Grujugan
No.
|
Zona
|
Tanaman
Potensi
|
|
1.
|
Alf 2.3.
Jenis tanah alfisol, rezim
kebasahannya udic (2), rezim suhunya isomesic (3).
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung, kedelai
|
Tanaman sayuran:
|
Wortel, buncis, terung, sawi, kubis,
kentang, kacang panjang
|
||
Tanaman buah:
|
apel, strawberry, rambutan, salak,
sawo
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh, kopi, coklat, vanili, lada,
tembakau, tebu
|
||
2.
|
Alf 2.2.
Jenis tanah alfisol, rezim
kebasahaannya udic (2), rezim suhunya isothermic (2).
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung, kedelai, ubi kayu
|
Tanaman sayuran:
|
wortel, sawi, kubis
|
||
Tanaman buah:
|
Apel, sawo, jeruk,
strawberry, rambutan, salak
|
||
Tanaman perkebunan:
|
Teh, kopi, coklat, vanili, jarak
|
||
3.
|
Alf 2.1.
Jenis tanahnya alfisol, rezim
kebasahannya udic (2), rezim suhunya isohyperthermic (1).
|
Tanaman pangan :
|
padi, jagung, kedelai, ubi kayu
|
Tanaman sayuran:
|
sawi, kubis, wortel, kentang, cabai,
tomat
|
||
Tanaman buah:
|
Apel, strawberry, rambutan, salak, sawo, jeruk
|
||
Tanaman perkebunan:
|
kopi, teh, vanili, jarak, coklat
|
||
4.
|
Alf 3.1.
Jenis tanah alfisol, rezim
kebasahannya ustic (3), dan rezim suhunya isohyperthermic (1).
|
Tanaman pangan :
|
kedelai, padi, jagung
|
Tanaman sayuran:
|
sawi, kubis, wortel, kentang
|
||
Tanaman buah:
|
Apel, strawberry
|
||
Tanaman perkebunan:
|
Kopi, teh, coklat
|
||
5.
|
And 2.3.
Jenis tanah andisol, rezim
kebasahannya udic (2), rezim suhunya isomesic (3).
|
Tanaman pangan :
|
jagung, ubi, kentang, kedelai
|
Tanaman sayuran:
|
wortel, kubis, kentang, cabai,
kacang-kacangan, sawi, tomat
|
||
Tanaman buah:
|
apel, manggis, rambutan, salak, sawo,
buah naga
|
||
Tanaman perkebunan:
|
Teh, kina, kopi, pinus, coklat,
vanili, jarak, tembakau, tebu
|
||
6.
|
And 2.2.
Jenis tanah andisol, rezim
kebasahannya udic (2), rezim suhunya isothermic (2).
|
Tanaman pangan :
|
ubi, padi, jagung, kentang
|
Tanaman sayuran:
|
wortel, kubis, kacang-kacangan, cabai,
tomat
|
||
Tanaman buah:
|
Apel, manggis, rambutan, salak, sawo,
jeruk
|
||
Tanaman perkebunan:
|
teh. kopi, pinus, coklat, vanili,
jarak
|
4.2
Pembahasan
4.2.1 Fungsi
Peta Zona Agroekologi
Peta zona merupakaan gambaran pembagian atau
pengelompkan suatu wilayah. Peta zona agriekologi, merupakan peta atau
pewilayahan (pengelompokan wilayah) khusus dalam bidang pertanian. jadi peta
zona agroekologi dapat digunakan untuk mendapatkan pewilayahan komoditas
pertanian yang disesuaikan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sekitar. Sehingga
dapat memberi informasi mengenai penggunaan lahan, rekomendasi penggunaan pupuk
pada sutu wilayah dan komoditas unggulan berdasarakan agroekosistem, dan
mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Pada akhirnya menghasilkan
produk yang unggulan, baik secara kualitas dan kuantitas.
4.2.2
Karakteristik jenis tanah, tipe iklim, topografi, dari kabupaten atau daerah yang diamati, sesuai atau tidak dg pola pertanaman tersebut
baik atau tidak untuk diterapkan, berikan
alasan.
1. Jenis
Tanah
a. Alfisol.
Tanah ini terbentuk melalui proses
kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan 2000).
menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah
tropis (lembap). Lapisan tanah dengan permukaan abu-abu sampai coklat,
kandungan basa sedang-bebas, mengandung horizon ulivial (menimbun lempung
silikat), banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk,
mineral liat kristalin dan kaya unsur hara, tersedianya air
cukup untuk pertumbuhan tanaman selama tiga bulan atau lebih. Tanah
ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian
mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya
(secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral.
b. Andisol.
Yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang
menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih.
Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur
hara dan air yang tinggi. Disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi atau
tropical brown forrest, yang mempunyai ketebalan solum tanah (100-225 cm),
warna hitam kelabu, tekstur debu, konsistensiny gembur. Andisol dimanfaatkan
untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau
bunga-bungaan.
2. Tipe
Iklim (berdasarkan rezim kebasahan)
a. Udic.
Penampang acuan tahun yang kering selama tidak lebih dari 90 hari, komulatif
dalam setahun. Tipe B2, C2, dan D2.
b. Ustic.
Penampang acuan tanah kering, selama lebih dari 90 hari dalam setahun, tapi
kurang dari 90 hati komulatif dalam setahun. Rezim lengas tanah yang berada
aridik dan udik, dan biasanya berada di daerah tropis . Suatu jumlah terbatas
dari kelengasan tersedia untuk tanaman tetapi terjadi pada saat pada saat suhu
tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman. Tipe C3, D3, dan
E.
3. Topografi
(berdasarkan rezim suhu)
a. Isohyperthermic.
Perataan suhu tahunan lebih dari 22oC. nPada ketinggian 0-700 m dpl.
b. Isothermic.
Perataan suhu tahunan 15-22oC, pada ketinggian 700-1500 m dpl.
Isomesic.
Perataan suhu pada 8-10oC. Pada ketinggian >1500 m dpl.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan dan pembahasn yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pertanian dalam
suatu daerah, utamanya dengan kaitannya produktivitas dan kondisi sosial budaya
masyaarkat, Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial
ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai
jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai
keadaan lingkungan di suatu wilayah.
1. Melakukan
analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian
penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
2. Memberikan
masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan
komoditas unggulan spesifik lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar