Rabu, 24 Juli 2013

UJI DAYA SIMPAN BENIH DENGAN METODE RAPID AGING METHOD (RAM) ((MENENTUKAN KETAHANAN BENIH TERHADAP DAYA SIMPANNYA DENGAN MEMBUAT KONDISI YANG MENEKAN BERUPA KELEMBABAN TINGGI DAN SUHU TINGGI. ))

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim  menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah. Benih sebagai komoditi perdagangan dan unsur  yang baku mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produksi. Dengan pengujian yang dilaksanakan itu perlu mendapatkan penstandaran, selain memudahkan distributor dan pengguna dalam penyediaan perawatan juga harus menjamin ketepatan, kebenaran persyaratannya. Hal ini untuk mencegah para pengguna benih dari segala resiko sehubungan dengan pemilikan dan pemakaian benih –benih tertentu. Penstandaran yang dilakukan suatu laboratorium harus diterima oleh laboratorium lain, dengan demikian produsen-produsen benih harus mengakui dan memperhatikan standar benih tersebut dalam usaha – usahanya, sehingga apa yang dimaksud dengan benih bermutu atau berkualitas yang diproduksi oleh suatu produsen akan memenuhi persyaratan.
   Pada dasarnya benih akan selalu menyeimbangkan dengan keadaan lingkungan sekitar, benih dapat menyerap atau bahkan kehilangan kadar air tergantung suhu dan kelembaban. Penangkaran benih dilapang sangat menentukan mutu  benih yang akan dihasilkan. Biji yang bermutu rendah tidak akan menjadi benih bermutu tinggi meskipun disimpan dengan teknologi penyimpanan modern. Pentingnya  mutu benih sebelum disimpan terutama berkaitan erat dengan teknologi produksi benih. Pengujian benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kwalitas dari suatu jenis atau kelmpok benih. Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi  lingkungan yang optimum. Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh  normal dalam kondisi lapang yang sebenarnya. Biasanya dicerminkan dengan keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh dan keseragaman tumbuh Untuk mengetahui benih bermutu dapat dilakukan dengan menguji daya kecambah dan menguji kekuatan tumbuh benih.

1.2  Tujuan dan Manfaat
1.2.1        Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk menentukan ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.

1.2.2        Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam praktikum ini yaitu mahasiswa mempu menentukan ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai berikut : “ Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak.
Dalam budidaya tanaman, benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan (Nindyasari, 2010). Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman atau hewan (Joker,2002). Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian, benih dapat berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perbanyakan aseksual. Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi (Sutopo,2002).

Pengujian benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kwalitas dari suatu jenis atau kelmpok benih. Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat (Soejadi dan Nugraha, 2001).
Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi  lingkungan yang optimum. Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh  normal dalam kondisi lapang yang sebenarnya. Biasanya dicerminkan dengan keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh dan keseragaman tumbuh Untuk mengetahui benih bermutu dapat dilakukan dengan menguji daya kecambah dan menguji kekuatan tumbuh benih.
Tujuan utama penyimpanan benih yaitu untuk menjamin  persediaan benih  yang bermutu  untuk  ditanam pada musim berikutnya, atau untuk suatu program penanaman bila diperlukan. Pada saat benih disimpan, banyak faktor yang mempengaruhi antara lain umur benih, faktor genetik, fisiologis serta kerusakan sebelum atau selama penyimpanan.
Pada dasarnya benih akan selalu menyeimbangkan dengan keadaan lingkungan sekitar, benih dapat menyerap atau bahkan kehilangan kadar air tergantung suhu dan kelembaban. Penangkaran benih dilapang sangat menentukan mutu  benih yang akan dihasilkan. Biji yang bermutu rendah tidak akan menjadi benih bermutu tinggi meskipun disimpan dengan teknologi penyimpanan modern. Pentingnya  mutu benih sebelum disimpan terutama berkaitan erat dengan teknologi produksi benih. Misalnya saja benih kedelai yang baru dipanen dan akan disimpan dalam jangka waktu agak lama hendaknya mempunyai daya kecambah diatas 85% (Rumiati,et al, 1993).
Pada pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kadar air benih agar didapatkan suhu optimal dalam penyimpanan benih. Dengan penyimpanan yang tepat diharapkan daya tumbuhnya dapat dipertahankan dalam waktu yang lama. Mutu fisiologis benih kedelai mudah rusak selama penyimpanan, terutama pada kondisi di daerah tropis. Viabilitas benih selama dalam penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi ruangan.  Pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman.
Proses respirasi menghasilkan panas dan air dalam benih, semakin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat yang berakibat berlangsungnya perkecambahan karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang tinggi, hal ini juga menyebabkan organisme perusak seperti jamur dapat hidup sehingga benih mengalami kerusakan (Kartasapoetra, 2003). Benih sebagai organisme hidup yang mengadakan respirasi secara terus menerus dapat mudah terkena pengaruh berakibat pada viabilitas dan vigor untuk dikembangkan pada saat diperlukan.
Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, benih pada saat dipanen biasanya memiliki kadar air 16-20 %, untuk dapat mempertahankan juga memperpanjang viabilitas maksimumnya maka harus diturunkan 4-5 % sebelum disimpan pada tempat penyimpanan tertutup, terutama pada temperatur laboratorium (Sutopo, 2004). Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih.





BAB 3. METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Benih dengan acara “Uji Daya Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging Method (RAM)” dilaksanakan pada hari Rabu 16 November 2011 pukul 08.00 sampai dengan selesai. Bertempat dilaboratorium Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2  Bahan dan Alat
3.2.1        Bahan
1.      Benih jagung
2.      Benih kedelai
3.      Substrat kertas merang

3.2.2        Alat
1.      Plastik
2.      Alat pengecambah
3.      Beaker glass
4.      Substrat kertas merang
5.      Alat pengukur RH
6.      Alat pengukur kadar air benih atau tester
7.      Inkubator

3.3   Cara Kerja
1.    Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan
2.    Mengukur kadar air benih yang akan disimpan dengan alat pengukur kadar air benih atau dengan metode oven.
3.    Memasukkan lembaran kertas merang yang basah dalam krisper dan bagian dalam tutup krisper diberi lapisan kertas merang yang kering untuk menyerap air yang berkondensasi.
4.    Meletakkan benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan masukkan dalam crisper dengan keadaan tertutup(ada dua ulangan).
5.    Menempatkan crisper dalam incubator yang berkelembaban nisbi (RH) 100% dan suhu 40°C selama 4 hari (4x24 jam). Sebagai pembanding (kontrol) maukkan benih dalam kaleng dan ditutup rapat.
6.    Menanam masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam substrat kertas merang dengan metode uji UKDdp.

3.4 Rancangan Evaluasi
1.    Mengamati kecambah normal dan mati pada hari ke-3 (3x24 jam) dan ke-5 (5x24 jam) serta membuang kecambah yang sudah diamati.
2.    Menghitung kekuatan tumbuh benih berdasarkan persentase kecambah normal pada hari ketiga (3x24 jam) sebagai nilai kecepatan berkecambah dan hari kelima (5x24 jam) sebagai nilai dari daya berkecambah.
3.    Menganalisis hasil percobaan dilaksanakan dengan membedakan dua macam perlakuan (kontrol dan RAM) secara tidak berpasangan (unpaired comparison).
4.    Membandingkan secara trsendiri benih jagung dan kedelai, serta memberikan kesimpulan saudara benih mana yang tahan disimpan dengan perlakuan metode RAM,  apabila benih jagung atau kedelai yang berkecambah normal hari ke-5 ≥ 75% dikatagorikan benih mempunyai vigor kekuatan benih



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Jenis Benih
Metode Simpan
Ul.
Perkecambahan (%)
Hari ke-3
Hari ke-5
Normal
Mati
Normal
Abnormal
Mati
Jagung
Kontrol
1.
2.
3.
25
25
-
-
-
-
22
23
-
3
2
-
-
-
-
RAM
1.
2.
3.
18
17
-
7
8
-
11
11
-
8
9
-
6
5
-
Kedelai
Kontrol
1.
2.
3.
24
25
-
1
-
-
15
14
-
9
10
-
1
1
-
RAM
1.
2.
3.
24
20
-
1
5
-
21
12
-
1
11
-
3
2
-
Jagung
Kontrol
1.
2.
3.
22
21
-
3
4
-
11
13
-
9
8
-
5
11
-
RAM
1.
2.
3.
-
-
-
25
25
-
-
-
-
-
-
-
25
25
-
Kedelai
Kontrol
1.
2.
3.
23
22
-
2
3
-
6
6
8
8
11
-
2
2
-
RAM
1.
2.
3.
-
-
-
25
25
-
8
9
7
-
-
-
25
25
-


4.2  Pembahasan
Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas fisik-fisiologik benih akibat penyimpanan adalah penuaan benih. Penuaan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
SUHU
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
KADAR AIR
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan proses pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
TEKANAN OKSIGEN
Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk mempertahankan viabilitas benih (dormansi benih). Tekanan yang terlalu rendah kurang baik bagi benih karena dengan tekanan yang rendah disertai kadar air yang tinggi dapat merangsang aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob. Sedangkan tekanan yang tinggi juga dapat mengakibatkan overrespirasi yang dapat menyebabkan benih menjadi kopong akibat cadangan makanan serta enzim terlalu aktif untuk melakukan proses respirasi.
CAHAYA
Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah. 
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat benih akan sangat menjaga kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan. Oleh karena itu, implikasinya kepada teknik penyimpanan benih. Pada dasarnya semua teknik penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih yang disimpan harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari benih.
Ada dua cara penting untuk penyimpanan benih yang ditentukan oleh kelompok benih yang dapat disimpan dengan baik jika berada dalam keadaan kering (benih ortodoks) dan jenis benih yang akan mati apabila dikeringkan dan perlu disimpan dalam keadaan lembab (benih rekalsitran).
Penyimpanan benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering benih ortodoks makin baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat dikurangi, (2) Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih dalam udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun tidak boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi menyebabkan penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup sehingga menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka penyimpanan harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu penyimpanan benih 3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur. Selain harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi udara yang cukup. 
Penyimpanan benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu runag khusus untuk penyimpanan benih.
Untuk benih ortodoks
Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC.
Untuk benih rekalsitran
Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang.
Usaha untuk mengukur daya simpan benih dengan berbagai derajat kemunduran dapat menggunakan dua metode yaitu fisik dan kimia. Pada cara fisik daya simpan benih dapat diduga dengan membuat kondisi menekan yang berupa kelembapan nisbi dan suhu yang tinggi pada sekelompok benih cara ini disebut RAPID AGING METHOD (RAM).
Penyimpanan benih (seed storage) merupakan upaya dalam pemecahan masalah penyediaan benih. Mengingat kebanyakan jenis pohon hutan tidak berbuah sepanjang tahun, maka diperlukan suatu cara penyimpanan yang baik yang dapat menjaga kestabilan benih baik jumlah maupun mutunya.
Penyimpanan dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, karena yang diartikan penyimpanan di sini adalah sejak benih itu mencapai kemasakan fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktunya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau daerah yang memerlukan. Selama dalam penyimpanan karena pengaruh beberapa faktor, mutu benih akan mengalami kemunduran (Kartasapoetra, 1986). Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).



BAB 5. PENUTUP

5.1 Simpulan
1.      Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, benih pada saat dipanen biasanya memiliki kadar air 16-20 %.
2.      Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan.
3.      Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya.
4.      Ada dua cara penting untuk penyimpanan benih yang ditentukan oleh kelompok benih yang dapat disimpan dengan baik jika berada dalam keadaan kering (benih ortodoks) dan jenis benih yang akan mati apabila dikeringkan dan perlu disimpan dalam keadaan lembab (benih rekalsitran).

5.2 Saran

            Pada praktikum kali ini sebaiknya benih yang digunakan bukan lah benih untuk konsumsi atau biji, sehingga data yang di hasilkan akan lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2011. Benih. http://id.wikipedia.org/wiki/Benih. diakses pada tanggal 11 desember 2011

Azizah, Elia, M.Kadapi, Sumadi, dan D. Ruswandi. 2009. Identifikasi Mutu Fisik             dan Fisiologis Benih Jagung Setelah Periode Simpan Pada Berbagai Suhu            dan Kelembaban. Zuriat, Vol. 20, No. 1,  Januari-Juni 2009.

Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. 255 Hal.

Effendi, S. 2002. Tehnik perbanyakan bibit ubi kayu secara mudah dan murah. Buletin Teknik Pertanian 7 (2): 66 – 68.

Hasanah, M., D. Rusmin. 2006. Teknologi pengelolaan benih beberapa tanaman obat di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2): 68 – 73.

Hiupbagja. 2009. Pengertian benih. http://hirupbagja.blogspot.com/2009/09/pengertian-benih-menurut-undang-undang.html. diakses pada tanggal 11 desember 2011

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar