BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu
faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih
bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim
menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang
cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan
rendah. Benih sebagai komoditi perdagangan dan unsur yang baku
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produksi. Dengan pengujian yang
dilaksanakan itu perlu mendapatkan penstandaran, selain memudahkan distributor
dan pengguna dalam penyediaan perawatan juga harus menjamin ketepatan,
kebenaran persyaratannya. Hal ini untuk mencegah para pengguna benih dari
segala resiko sehubungan dengan pemilikan dan pemakaian benih –benih tertentu.
Penstandaran yang dilakukan suatu laboratorium harus diterima oleh laboratorium
lain, dengan demikian produsen-produsen benih harus mengakui dan memperhatikan
standar benih tersebut dalam usaha – usahanya, sehingga apa yang dimaksud dengan
benih bermutu atau berkualitas yang diproduksi oleh suatu produsen akan
memenuhi persyaratan.
Pada dasarnya benih akan selalu
menyeimbangkan dengan keadaan lingkungan sekitar, benih dapat menyerap atau
bahkan kehilangan kadar air tergantung suhu dan kelembaban. Penangkaran benih
dilapang sangat menentukan mutu benih
yang akan dihasilkan. Biji yang bermutu rendah tidak akan menjadi benih bermutu
tinggi meskipun disimpan dengan teknologi penyimpanan modern. Pentingnya mutu benih sebelum disimpan terutama
berkaitan erat dengan teknologi produksi benih.
Pengujian benih ditunjukan
untuk mengetahui mutu atau kwalitas dari suatu jenis atau kelmpok benih. Pengujian
benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu
fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian
daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal
berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara
langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Viabilitas adalah kemampuan benih
berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Vigor benih adalah
kemampuan benih tumbuh normal dalam
kondisi lapang yang sebenarnya. Biasanya dicerminkan dengan keserempakan
tumbuh, kecepatan tumbuh dan keseragaman tumbuh Untuk mengetahui benih bermutu
dapat dilakukan dengan menguji daya kecambah dan menguji kekuatan tumbuh benih.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
1.2.1
Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk menentukan ketahanan benih
terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban
tinggi dan suhu tinggi.
1.2.2
Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam praktikum ini yaitu mahasiswa mempu
menentukan ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang
menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya
Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai
berikut : “ Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan
tanaman”. Dari definisi di atas jelas
bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun
secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang
biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih
(agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia
(food steff) dan hewan (feed).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi
sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan
sarana teknologi yang maju. Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain :
a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan
pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi
hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang
baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat
lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya
serentak.
Dalam budidaya tanaman, benih merupakan salah satu
faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan (Nindyasari, 2010). Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan dasar
pemeliharaan tanaman atau hewan (Joker,2002). Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini
berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian,
benih dapat berupa biji maupun tumbuhan
kecil hasil perbanyakan
aseksual. Benih
diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi (Sutopo,2002).
Pengujian
benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kwalitas dari suatu jenis atau
kelmpok benih. Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu
fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah
satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa
persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh
embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya
tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil
yang akurat (Soejadi dan
Nugraha, 2001).
Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan
kecambah normal dalam kondisi lingkungan
yang optimum. Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi lapang yang sebenarnya.
Biasanya dicerminkan dengan keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh dan
keseragaman tumbuh Untuk mengetahui benih bermutu dapat dilakukan dengan
menguji daya kecambah dan menguji kekuatan tumbuh benih.
Tujuan utama penyimpanan benih
yaitu untuk menjamin persediaan
benih yang bermutu untuk
ditanam pada musim berikutnya, atau untuk suatu program penanaman bila
diperlukan. Pada saat benih disimpan, banyak faktor yang mempengaruhi antara
lain umur benih, faktor genetik, fisiologis serta kerusakan sebelum atau selama
penyimpanan.
Pada dasarnya
benih akan selalu menyeimbangkan dengan keadaan lingkungan sekitar, benih dapat
menyerap atau bahkan kehilangan kadar air tergantung suhu dan kelembaban.
Penangkaran benih dilapang sangat menentukan mutu benih yang akan dihasilkan. Biji yang bermutu
rendah tidak akan menjadi benih bermutu tinggi meskipun disimpan dengan
teknologi penyimpanan modern. Pentingnya
mutu benih sebelum disimpan terutama berkaitan erat dengan teknologi
produksi benih. Misalnya saja benih kedelai yang baru dipanen dan akan disimpan
dalam jangka waktu agak lama hendaknya mempunyai daya kecambah diatas 85%
(Rumiati,et al, 1993).
Pada pengukuran
ini bertujuan untuk mengetahui kadar air benih agar didapatkan suhu optimal
dalam penyimpanan benih. Dengan penyimpanan yang tepat diharapkan daya
tumbuhnya dapat dipertahankan dalam waktu yang lama. Mutu fisiologis benih kedelai mudah rusak selama penyimpanan, terutama pada
kondisi di daerah tropis. Viabilitas benih selama dalam penyimpanan sangat
dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi ruangan. Pengadaan benih bermutu
tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman.
Proses
respirasi menghasilkan panas dan air dalam benih, semakin tinggi kadar airnya
respirasi dapat berlangsung dengan cepat yang berakibat berlangsungnya
perkecambahan karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang tinggi, hal ini
juga menyebabkan organisme perusak seperti jamur dapat hidup sehingga benih
mengalami kerusakan (Kartasapoetra, 2003). Benih
sebagai organisme hidup yang mengadakan respirasi secara terus menerus dapat
mudah terkena pengaruh berakibat pada viabilitas dan vigor untuk dikembangkan
pada saat diperlukan.
Benih
yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, benih pada
saat dipanen biasanya memiliki kadar air 16-20 %, untuk dapat mempertahankan
juga memperpanjang viabilitas maksimumnya maka harus diturunkan 4-5 % sebelum
disimpan pada tempat penyimpanan tertutup, terutama pada temperatur
laboratorium (Sutopo, 2004). Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan
kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih.
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih
seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan
(hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran
dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi
benih.
BAB 3.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Teknologi Benih dengan acara “Uji Daya Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging
Method (RAM)” dilaksanakan pada hari Rabu 16 November 2011 pukul 08.00 sampai
dengan selesai. Bertempat dilaboratorium Teknologi Benih Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1.
Benih jagung
2.
Benih kedelai
3.
Substrat
kertas merang
3.2.2
Alat
1.
Plastik
2.
Alat
pengecambah
3.
Beaker glass
4.
Substrat
kertas merang
5.
Alat pengukur
RH
6.
Alat pengukur
kadar air benih atau tester
7.
Inkubator
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan
2.
Mengukur kadar air benih yang akan disimpan dengan alat pengukur kadar
air benih atau dengan metode oven.
3.
Memasukkan lembaran kertas merang yang basah dalam krisper dan bagian
dalam tutup krisper diberi lapisan kertas merang yang kering untuk menyerap air
yang berkondensasi.
4.
Meletakkan benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan masukkan
dalam crisper dengan keadaan tertutup(ada dua ulangan).
5.
Menempatkan crisper dalam incubator yang berkelembaban nisbi (RH) 100%
dan suhu 40°C selama 4 hari (4x24 jam). Sebagai pembanding (kontrol) maukkan
benih dalam kaleng dan ditutup rapat.
6.
Menanam masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam substrat kertas
merang dengan metode uji UKDdp.
3.4 Rancangan Evaluasi
1.
Mengamati kecambah normal dan mati pada hari ke-3 (3x24 jam) dan ke-5
(5x24 jam) serta membuang kecambah yang sudah diamati.
2.
Menghitung kekuatan tumbuh benih berdasarkan persentase kecambah normal
pada hari ketiga (3x24 jam) sebagai nilai kecepatan berkecambah dan hari kelima
(5x24 jam) sebagai nilai dari daya berkecambah.
3.
Menganalisis hasil percobaan dilaksanakan dengan membedakan dua macam
perlakuan (kontrol dan RAM) secara tidak berpasangan (unpaired comparison).
4.
Membandingkan secara trsendiri benih jagung dan kedelai, serta memberikan
kesimpulan saudara benih mana yang tahan disimpan dengan perlakuan metode
RAM, apabila benih jagung atau kedelai
yang berkecambah normal hari ke-5 ≥ 75% dikatagorikan benih mempunyai vigor
kekuatan benih
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Jenis Benih
|
Metode Simpan
|
Ul.
|
Perkecambahan (%)
|
||||
Hari ke-3
|
Hari ke-5
|
||||||
Normal
|
Mati
|
Normal
|
Abnormal
|
Mati
|
|||
Jagung
|
Kontrol
|
1.
2.
3.
|
25
25
-
|
-
-
-
|
22
23
-
|
3
2
-
|
-
-
-
|
RAM
|
1.
2.
3.
|
18
17
-
|
7
8
-
|
11
11
-
|
8
9
-
|
6
5
-
|
|
Kedelai
|
Kontrol
|
1.
2.
3.
|
24
25
-
|
1
-
-
|
15
14
-
|
9
10
-
|
1
1
-
|
RAM
|
1.
2.
3.
|
24
20
-
|
1
5
-
|
21
12
-
|
1
11
-
|
3
2
-
|
|
Jagung
|
Kontrol
|
1.
2.
3.
|
22
21
-
|
3
4
-
|
11
13
-
|
9
8
-
|
5
11
-
|
RAM
|
1.
2.
3.
|
-
-
-
|
25
25
-
|
-
-
-
|
-
-
-
|
25
25
-
|
|
Kedelai
|
Kontrol
|
1.
2.
3.
|
23
22
-
|
2
3
-
|
6
6
8
|
8
11
-
|
2
2
-
|
RAM
|
1.
2.
3.
|
-
-
-
|
25
25
-
|
8
9
7
|
-
-
-
|
25
25
-
|
4.2
Pembahasan
Faktor yang
dapat mempengaruhi terhadap kualitas fisik-fisiologik benih akibat penyimpanan
adalah penuaan benih. Penuaan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
:
SUHU
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
KADAR
AIR
Kadar air yang
tinggi dapat mengakibatkan proses pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang
terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam
benih, sehingga dapat mengakibatkan pembusukan yang disebabkan oleh jamur
maupun bakteri.
TEKANAN
OKSIGEN
Oksigen
diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih yang disimpan
sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk mempertahankan viabilitas benih
(dormansi benih). Tekanan yang terlalu rendah kurang baik bagi benih karena
dengan tekanan yang rendah disertai kadar air yang tinggi dapat merangsang
aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob. Sedangkan tekanan yang tinggi juga
dapat mengakibatkan overrespirasi yang dapat menyebabkan benih menjadi kopong
akibat cadangan makanan serta enzim terlalu aktif untuk melakukan proses
respirasi.
CAHAYA
Jenis benih yang
memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat
pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan
berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses
penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk
berkecambah.
Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus
memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat benih akan sangat menjaga
kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan. Oleh karena itu,
implikasinya kepada teknik penyimpanan benih. Pada dasarnya semua teknik
penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih yang disimpan
harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari benih.
Ada dua cara penting untuk penyimpanan benih yang ditentukan oleh kelompok benih yang dapat disimpan dengan baik jika berada dalam keadaan kering (benih ortodoks) dan jenis benih yang akan mati apabila dikeringkan dan perlu disimpan dalam keadaan lembab (benih rekalsitran).
Ada dua cara penting untuk penyimpanan benih yang ditentukan oleh kelompok benih yang dapat disimpan dengan baik jika berada dalam keadaan kering (benih ortodoks) dan jenis benih yang akan mati apabila dikeringkan dan perlu disimpan dalam keadaan lembab (benih rekalsitran).
Penyimpanan
benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering benih ortodoks makin
baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat dikurangi, (2)
Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam wadah tertutup
sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang
tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih
dalam udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun
tidak boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi
menyebabkan penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup
sehingga menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka
penyimpanan harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu
penyimpanan benih 3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga
dan jamur. Selain harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi
udara yang cukup.
Penyimpanan
benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran berasal dari
buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan beberapa hari
sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih disimpan lama, (2)
Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke dalam air
dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk menghindari
kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup
sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera
mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai
beberapa minggu.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan
kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka
waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu
benih dapat terjaga. Untuk itu perlu runag khusus untuk penyimpanan benih.
Untuk benih
ortodoks
Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain,
toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan
pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada
suhu 2-5oC.
Untuk benih
rekalsitran
Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan
kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat
menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan
benih kedalam serbuk gergaji atau arang.
Usaha untuk mengukur daya simpan benih dengan berbagai derajat kemunduran
dapat menggunakan dua metode yaitu fisik dan kimia. Pada cara fisik daya simpan
benih dapat diduga dengan membuat kondisi menekan yang berupa kelembapan nisbi
dan suhu yang tinggi pada sekelompok benih cara ini disebut RAPID AGING METHOD (RAM).
Penyimpanan
benih (seed storage) merupakan upaya dalam pemecahan masalah penyediaan benih.
Mengingat kebanyakan jenis pohon hutan tidak berbuah sepanjang tahun, maka
diperlukan suatu cara penyimpanan yang baik yang dapat menjaga kestabilan benih
baik jumlah maupun mutunya.
Penyimpanan dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, karena yang diartikan penyimpanan di sini adalah sejak benih itu mencapai kemasakan fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktunya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau daerah yang memerlukan. Selama dalam penyimpanan karena pengaruh beberapa faktor, mutu benih akan mengalami kemunduran (Kartasapoetra, 1986). Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
Penyimpanan dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, karena yang diartikan penyimpanan di sini adalah sejak benih itu mencapai kemasakan fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktunya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau daerah yang memerlukan. Selama dalam penyimpanan karena pengaruh beberapa faktor, mutu benih akan mengalami kemunduran (Kartasapoetra, 1986). Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
BAB
5. PENUTUP
5.1
Simpulan
1. Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang
optimal, benih pada saat dipanen biasanya memiliki kadar air 16-20 %.
2. Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu
dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan.
3. Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10%
atau dibawahnya.
4. Ada
dua cara penting untuk penyimpanan benih yang ditentukan oleh kelompok benih
yang dapat disimpan dengan baik jika berada dalam keadaan kering (benih
ortodoks) dan jenis benih yang akan mati apabila dikeringkan dan perlu disimpan
dalam keadaan lembab (benih rekalsitran).
5.2
Saran
Pada
praktikum kali ini sebaiknya benih yang digunakan bukan lah benih untuk
konsumsi atau biji, sehingga data yang di hasilkan akan lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Elia, M.Kadapi, Sumadi, dan D. Ruswandi. 2009. Identifikasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung Setelah Periode Simpan Pada Berbagai Suhu dan Kelembaban. Zuriat, Vol. 20, No. 1, Januari-Juni 2009.
Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. 255 Hal.
Effendi, S. 2002. Tehnik perbanyakan bibit ubi kayu secara mudah dan murah. Buletin Teknik Pertanian 7 (2): 66 – 68.
Hasanah, M., D. Rusmin. 2006. Teknologi pengelolaan benih beberapa tanaman obat di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2): 68 – 73.
Hiupbagja. 2009. Pengertian benih. http://hirupbagja.blogspot.com/2009/09/pengertian-benih-menurut-undang-undang.html. diakses pada tanggal 11 desember 2011
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar