BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan teknologi perbenihan
merupakan langkah awal dalam kegiatan budidaya tanaman. Salah satu kegiatan perbenihan
yang cukup penting adalah pengujian daya berkecambah dan kekuatan tumbuh suatu
benih.Benih sering disamaartikan dengan biji, namun
terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni
fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji
berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan
buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji. Biji bukan objek
pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan
persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya
sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih.
Pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh yaitu dengan mengecambahkan benih
pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu
menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan
dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan
hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah
yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah
dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan
seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen. Pengujian benih tersebut sangat
penting, karena dengan terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari
berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu
benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan
dapat meningkatkan berbagai produk pertanian. vigor
benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum
di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan
ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Definisikan vigor sebagai keadaan
fisiologis yang ditentukan oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur
kemampuan benih memproduksi bibit yang tumbuh cepat.
1.2
Permasalahan
1.
Jelaskan
mengenai viabilitas dan vigor benih !
2.
Jelaskan
mengenai sistem tanamn UKD, UKDp dan UKDdp !
3.
Apa
perbedaan sistem tanam menggunakan substrat pasir dengan subtrat kertas merang
?
4.
Apa
perbedaan mendasar antara UKDp dan UKDdp dan faktor apa yang paling berpengaruh
sertakan dengan literatur ?
5.
Bahas
data hasil pengamatan !
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3
Tujuan
Untuk
mengenalkan metode uji daya kecambah dan kekuatan tumbuh secara langsung pada
kondisi lingkungan sesuai dengan subtrat kertas merang serta dapat
membandingkan kecambah normal dan abnormal.
1.4
Manfaat
Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang metode uji daya kecambah dan
kekuatan tumbuh secara langsung pada kondisi lingkungan sesuai dengan subtrat
kertas merang serta dapat membandingkan kecambah normal dan abnormal.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Proses perkecambahan dimulai dari
munculnya radukula dan plumula menembus kulit biji/benih. Proses perkecambahan
tersebut merupakan proses awal dari sebuah kehidupan suatu tanaman. Menurut Tatipata, et al. (2004), suatu
biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu
:
1.
Embrio biji tersebut masih
hidup.
2.
Biji tidak dalam keadaan dorman.
3.
Faktor lingkungan menguntungkan
untuk pekecambahan.
Melihat
pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal.
Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan
pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan
koro-koroan, dan rerumputan (Ching, et al., 1977). Perkecambahan
epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon
terangkat ke atas permukaan tanah.
Dalam
proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang
melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus
permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian
kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga (Yaya, et al.,
2003). Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah,
dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara.
Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh
benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
dan lamtoro. Tipe perkecambahan hipogeal berbeda dengan tipe epigeal, pada
hipogeal kotiledon tidak terangkat keatas permukaan tanah namun tetap tinggal
di dalam tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan hipogeal yaitu padi,
jagung, kelapa dan lain sebagainya.
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat
perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih
berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai
bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam
batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993). Biji bukan objek
pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan
persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya
sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih
(BPMBTPH, 2006) .
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih
di dalam satu ovari pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji
terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang
dua bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo
terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami
pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu
atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan
sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras
fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh
(vigor) merupakan
salah satu komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Viabilitas
benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi
benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi
lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih yang
mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada produktivitas
nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan
lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di
laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang
sebenarnya sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang
optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sajad, 1993).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh
yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam
akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik.
Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing
‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini
menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman
normal meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui
suatu periode simpan yang lama. (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat
dilihat dari performance fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya
mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap
berbagai kondisi yang menimpanya (Bewley and Black. 1985). Sadjad
(1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman
normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi
simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Selanjutnya
Perry (2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan
oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi
bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap berbagai
kondisi lingkungan yang luas. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya
hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala
metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas
potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi
lapang yang optitum (Harringto, 1972).
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan
bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman.
Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor
pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan
pengujian benih. Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi
parameter viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk
mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau
daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal
dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada
kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu
menghitung presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002).
Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah
menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji
kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain
untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan.
Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan
menguntungkan bagi perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan
oksigen (Throneberry and Smith, 2001).
Uji perkecambahan benih dapat
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih)
dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di Atas Kertas), UDKm (Uji Diatas
Kertas diMiringkan), UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas
diMiringkan), UKD (Uji Kertas Digulung), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam
Plastik), UKDd (Uji Kertas Digulung Didirikan) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung
Didirikan dalam Plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya
menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya,
dapat berupa campuran atau tidak dicampur. (anonim, 2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum tentang Metode Uji Daya Berkecambah Dan Uji Kekuatan Tumbuh Benih yaitu pada hari Sabtu, tanggal 29 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB – selesai, bertempat di
Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Pinset
2.
Alat
pengecambah benih
3.2.2
Bahan
1.
Benih
jagung
2.
Benih
kedelai
3.
Substrat
kertas merang
4.
Plastik
ukuran 20 x 30 cm
3.3
Cara Kerja
1.
Menghitung
benih kedelai dan jagung masing – masing sebanyak 200 butir.
2.
Mengecambahkan
masing – masing benih sebanyak 25 butir denagn 2 metode :
A. Metode Uji Daya Kecambah dengan UKDp, caranya :
a)
Meletakkan
lembaran kertass substrat merang (3 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik
berukuran sama.
b)
Menanam
benih diatas kertas merang dengan jarak tanam yang tidak berdekatan satu dengan
lainnya.
c)
Menutup
subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu
menggulungnya.
d)
Meletakkan
pada alat pengecambah denagn cara horizontal dan menjaga kelembaban subtrat.
B. Metode Kekuatan Berkecambah dengan UKDdp, caranya :
a)
Meletakkan
lembaran kertas substrat merang (3 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik
berukuran sama.
b)
Menanam
benih diatas kertas lembaran dalam satu deretan pada 1/3 x lembar subtrat dan
menyusunnya secara teratur dalam beberapa baris, denagn arah pertumbuhan akar
primer ke bagian 2/3 x lembar subtrat ke arah bawah.
c)
Menutup
subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu
menggulungnya.
d)
Meletakkan
pada alat pengecambah dengan cara mendirikannya pada trays, 2/3 lembar kertas
terletak di dasar tray dan menjaga kelembaban subtrat.
3.4
Rancangan Evaluasi
Pengamatan kedua macam benih
penilaiaanya berdasarkan presenase kecambah normal, abnormal dan mati pada hari
ke 3 (3 x 24 jam), kecambah normal kuat, normal lemas, abnormal dan mati pada
hari ke 4 (4 x 24 jam), dan kecambah normal, abnormal serta mati pada hari ke 5
(5 x 24 jam), lalu diulang sebanyak 2x. Penilaian kecambah normal pada hari ke
3 (3 x 24 jam), dan ke 5 (5 x 24 jam) masing – masing sebagai alat nilai
kecepatan berkecambah dan daya berkecambah sedangkan penilaian kecambah kuat
pada hari ke 4 (4 x 24 jam) sebagai nilai keserempakan berkecambah. Penilaian
kelompok kecambah kuat yang dinilai terlebih dahulu digolongkan atas kecambah
normal, kemudian dibagi untuk kecambah kuat dan kurang kuat. Bandingkan hasil
presentase perkecambahan pada kedua macam metode, apakah metode UKDdp pada
umumnya lebih sulit atau mudah untuk mengamati struktur tumbuh kecambah,
berikan alasan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
·
Tabel pengamatan metode uji daya berkecambah dan
uji kekuatan berkecambah benih
Jenis Benih
|
Metode
|
UL.
|
Perkecambahan
(%)
|
|||||||||
Hari ke-3
|
Hari ke-4
|
Hari ke-5
|
||||||||||
N
|
M
|
AB
|
N
|
AB
|
MT
|
N
|
AB
|
M
|
||||
Jagung
|
UKDp
|
1
|
25
|
-
|
12
|
2
|
9
|
-
|
14
|
9
|
-
|
|
2
|
25
|
-
|
11
|
1
|
13
|
-
|
12
|
13
|
-
|
|||
UKDdp
|
1
|
25
|
-
|
18
|
4
|
3
|
-
|
22
|
3
|
-
|
||
2
|
25
|
-
|
20
|
4
|
1
|
-
|
24
|
1
|
-
|
|||
Kedelai
|
UKDp
|
1
|
25
|
-
|
9
|
2
|
10
|
4
|
11
|
10
|
4
|
|
2
|
25
|
-
|
10
|
4
|
7
|
4
|
14
|
7
|
4
|
|||
UKDdp
|
1
|
25
|
-
|
15
|
3
|
5
|
2
|
18
|
5
|
2
|
||
2
|
25
|
-
|
13
|
4
|
7
|
2
|
17
|
7
|
1
|
Ket:
N : Normal
M : Mati
NK : Normal Kuat
NL : Normal Lemah
AB : Abnormal
4.2
Pembahasan
vigor
diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan
yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi.
Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang
vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari
plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit. Pada hakekatnya
vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang
bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih
yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan
hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman
dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang
sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit.
Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman.
Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor
pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. keadaan lingkungan di
lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah
sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam
keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh
benih dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat
ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu
daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih.
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah
benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan
mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum
tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai
viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun
sesuai dengan keadaan lingkungan. Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang
digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan
perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan
sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah
satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati.
Menurut Kartasapoetra (2003)
terdapat 2 macam metode pengujian daya berkecambah dan kekuatan tumbuh, yaitu :
1.
Pengujian secara langsung
Cara
pengujian langsung baik dilakukan untuk benih yang cepat berkecambah. Pada benih
yang sulit berkecambah benih harus melalui perlakuan lebih dulu dan membutuhkan
waktu pengujian yang lebih lama. Pada pengujian secara langsung terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan yaitu diantaranya :
a. UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih di
antara lembar substrat lalu digulung.
b. UAK (Uji Antar Kertas), Metode UAK digunakan untuk benih yang tidak peka terhadap cahaya. Pada
metode ini benih ditanam di antara substrat, kemudian substrat dilipat.
c.
UDK (Uji Di atasKertas) dan
UDKm (Uji Di atas Kertas diMiringkan) dengan metode UDK dan UDKm dimaksudkan
menguji benih di atas lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk
benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.
d. UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan
dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik
diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar.
Selain cara-cara tersebut diatas
pengujian juga dapat dilakukan di media pasir. cara pengujian daya kecambah dan
kekuatan tumbuh suatu benih pada media pasir yaitu sebagai berikut :
a.
Campur benih yang akan diuji
dengan baik dan ambil segenggam benih kemudian rendam dengan air dingin selama
satu hari.
b.
Hitung 100 butir benih untuk
diuji (bisa digunakan 50, 40, 20 butir benih tergantung ukuran benih yang akan
diuji).
c.
Tabur benih tersebut ke bak
kecambah yang berisi pasir.
Setelah beberapa hari (5-7 hari) buka bak tabur dan amati jumlah
biji yang berkecambah (misalkan ada 85 benih yang berkecambah). Kemudian
menghitung daya kecambahnya.
Perbedaan secara mendasar antara ukdp dan ukddp adalah
apabila ukdp hasil gulungan tidak didirikan sedangkan ukddp setelah di gulung
maka akan didirikan secara vertical sehingga tanaman tumbuh tegak. Hal ini di
dukung oleh Kartasapoetra
(2003), yang menyatakan bahwa UKDp
(Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji
dengan cara menanam benih di antara lembar substrat lalu digulung sedangkan UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan
dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik
diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar. Sedangkan perbedaanantara pengujian menggunaan
sustrat kertas dan pasir sudah jelas bahwa biasanya benih yang digunakan pada
substrat kertas ukuran benihnya yang relative besar sedangkan untuk benih yang
digunakan untuk pengujian melalui substrat pasir relative kecil.
Berdasarkan data pengamatan
diketahui bahwa terdapat benih yang mati dan juga abnormal hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan viabilitas dan vigor benih, penurunan ini disebsbkan
karena kandungan secara fisiologis benih sudah mengalami kemunduran sehingga
pada saat benih berkecambah akan mengalami ketidak normalan bahkan mati. Untuk
benih yang mati kemungkinan benih yang digunakan embrio sudah tidak mampu
berkecambah bahkan embriobenih sudah mengalami kematian.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Simpulan
1. vigor diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.
2.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan.
3.
UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih di antara lembar
substrat lalu digulung.
4. UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan
dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik
diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar.
5.2
Saran
Pada praktikum sebaiknya bahan disiapkan dengan baik
sehingga pada saat praktikum dapat berjalan dengan lancer dan efisien waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Bewley and
Black. 1985. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination.
Vol. II. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 37 p.
Ching,
Mary, Boulger and Konstrad. 1977. Correlation of Field Emergeny Rate and Vigor
Criteria in Barley ultivars, Crop sci.17, 312-314
Harringto.
1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed
Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.
Kartasapoetra. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan
Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.
Sadjad.
1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Bogor : IPB.
Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sunantara, I., 2005. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau). Bandung.
Tatipata, Yudono,
Purwantoro dan Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek
Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam Penyimpanan (Study on Physiology and Biochemistry Aspects
of Soybean Seed Deterioration in Storage). Ilmu Pertanian 11 (2), Hal. 76-87.
Throneberry
and Smith. 2001. Relation of Respirations and Enzymic Activity to Corn Seed
Viability. Plant Physiol. 30:337 – 343.
Yaya,
Vearasilp, Phosupongi, dan Tpoweezik. 2003. Prediction of Soybean Seed
Viablity and Quality In Relation To Seed Moisture Contents and Storage Temperature.
Chiangmay University, Department of Agronomy. Thailand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar