Rabu, 24 Juli 2013

METODE UJI DAYAKECAMBAHDAN UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perkembangan teknologi perbenihan merupakan langkah awal dalam kegiatan budidaya tanaman. Salah satu kegiatan perbenihan yang cukup penting adalah pengujian daya berkecambah dan kekuatan tumbuh suatu benih.Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji. Biji bukan objek pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih. Pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh yaitu dengan mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen. Pengujian benih tersebut sangat penting, karena dengan terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian. vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Definisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi bibit yang tumbuh cepat.

1.2    Permasalahan
1.    Jelaskan mengenai viabilitas dan vigor benih !
2.    Jelaskan mengenai sistem tanamn UKD, UKDp dan UKDdp !
3.    Apa perbedaan sistem tanam menggunakan substrat pasir dengan subtrat kertas merang ?
4.    Apa perbedaan mendasar antara UKDp dan UKDdp dan faktor apa yang paling berpengaruh sertakan dengan literatur ?
5.    Bahas data hasil pengamatan !

1.3    Tujuan dan Manfaat
1.3 Tujuan
            Untuk mengenalkan metode uji daya kecambah dan kekuatan tumbuh secara langsung pada kondisi lingkungan sesuai dengan subtrat kertas merang serta dapat membandingkan kecambah normal dan abnormal.

1.4 Manfaat
            Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang metode uji daya kecambah dan kekuatan tumbuh secara langsung pada kondisi lingkungan sesuai dengan subtrat kertas merang serta dapat membandingkan kecambah normal dan abnormal.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Proses perkecambahan dimulai dari munculnya radukula dan plumula menembus kulit biji/benih. Proses perkecambahan tersebut merupakan proses awal dari sebuah kehidupan suatu tanaman. Menurut Tatipata, et al. (2004), suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :
1.      Embrio biji tersebut masih hidup.
2.      Biji tidak dalam keadaan dorman.
3.      Faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan.
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan (Ching, et al., 1977). Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah.
Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga (Yaya, et al., 2003). Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro. Tipe perkecambahan hipogeal berbeda dengan tipe epigeal, pada hipogeal kotiledon tidak terangkat keatas permukaan tanah namun tetap tinggal di dalam tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan hipogeal yaitu padi, jagung, kelapa dan lain sebagainya.
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993). Biji bukan objek pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih (BPMBTPH, 2006) .
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap  suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan salah satu komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Viabilitas benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang sebenarnya sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sajad, 1993).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama. (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performance fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai kondisi  yang menimpanya (Bewley and Black. 1985). Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Selanjutnya Perry (2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang luas. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang optitum (Harringto, 1972).
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih.  Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Throneberry and Smith, 2001).
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di Atas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas diMiringkan), UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas diMiringkan), UKD (Uji Kertas Digulung), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), UKDd (Uji Kertas Digulung Didirikan) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. (anonim, 2008).

BAB 3. METODOLOGI

3.1    Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum tentang Metode  Uji  Daya Berkecambah Dan Uji Kekuatan Tumbuh Benih yaitu pada hari Sabtu, tanggal  29 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB – selesai, bertempat di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2    Alat dan Bahan
3.2.1    Alat
1.    Pinset
2.    Alat pengecambah benih

3.2.2    Bahan
1.    Benih jagung
2.    Benih kedelai
3.    Substrat kertas merang
4.    Plastik ukuran 20 x 30 cm
3.3    Cara Kerja
1.    Menghitung benih kedelai dan jagung masing – masing sebanyak 200 butir.
2.    Mengecambahkan masing – masing benih sebanyak 25 butir denagn 2 metode :
A. Metode Uji Daya Kecambah dengan UKDp, caranya :
a)      Meletakkan lembaran kertass substrat merang (3 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik berukuran sama.
b)      Menanam benih diatas kertas merang dengan jarak tanam yang tidak berdekatan satu dengan lainnya.
c)      Menutup subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu menggulungnya.
d)     Meletakkan pada alat pengecambah denagn cara horizontal dan menjaga kelembaban subtrat.



B. Metode Kekuatan Berkecambah dengan UKDdp, caranya :
a)      Meletakkan lembaran kertas substrat merang (3 lembar) yang telah dibasahi, diatas plastik berukuran sama.
b)      Menanam benih diatas kertas lembaran dalam satu deretan pada 1/3 x lembar subtrat dan menyusunnya secara teratur dalam beberapa baris, denagn arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 x lembar subtrat ke arah bawah.
c)      Menutup subtrat yag telah ditanami benih dengan lembaran subsrat yang lain lalu menggulungnya.
d)     Meletakkan pada alat pengecambah dengan cara mendirikannya pada trays, 2/3 lembar kertas terletak di dasar tray dan menjaga kelembaban subtrat.

3.4 Rancangan Evaluasi
Pengamatan kedua macam benih penilaiaanya berdasarkan presenase kecambah normal, abnormal dan mati pada hari ke 3 (3 x 24 jam), kecambah normal kuat, normal lemas, abnormal dan mati pada hari ke 4 (4 x 24 jam), dan kecambah normal, abnormal serta mati pada hari ke 5 (5 x 24 jam), lalu diulang sebanyak 2x. Penilaian kecambah normal pada hari ke 3 (3 x 24 jam), dan ke 5 (5 x 24 jam) masing – masing sebagai alat nilai kecepatan berkecambah dan daya berkecambah sedangkan penilaian kecambah kuat pada hari ke 4 (4 x 24 jam) sebagai nilai keserempakan berkecambah. Penilaian kelompok kecambah kuat yang dinilai terlebih dahulu digolongkan atas kecambah normal, kemudian dibagi untuk kecambah kuat dan kurang kuat. Bandingkan hasil presentase perkecambahan pada kedua macam metode, apakah metode UKDdp pada umumnya lebih sulit atau mudah untuk mengamati struktur tumbuh kecambah, berikan alasan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
·      Tabel pengamatan metode uji daya berkecambah dan uji kekuatan berkecambah benih
Jenis Benih
Metode
UL.
Perkecambahan (%)
Hari ke-3
Hari ke-4
Hari ke-5
N
M
AB
N
AB
MT
N
AB
M

Jagung
UKDp
1
25
-
12
2
9
-
14
9
-

2
25
-
11
1
13
-
12
13
-

UKDdp
1
25
-
18
4
3
-
22
3
-

2
25
-
20
4
1
-
24
1
-

Kedelai
UKDp
1
25
-
9
2
10
4
11
10
4

2
25
-
10
4
7
4
14
7
4

UKDdp
1
25
-
15
3
5
2
18
5
2

2
25
-
13
4
7
2
17
7
1

Ket:
N         : Normal
M         : Mati
NK      : Normal Kuat
NL       : Normal Lemah
AB      : Abnormal

4.2 Pembahasan
            vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh benih dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan. Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase  perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati.
            Menurut Kartasapoetra (2003) terdapat 2 macam metode pengujian daya berkecambah dan kekuatan tumbuh, yaitu :
1.   Pengujian secara langsung
Cara pengujian langsung baik dilakukan untuk benih yang cepat berkecambah. Pada benih yang sulit berkecambah benih harus melalui perlakuan lebih dulu dan membutuhkan waktu pengujian yang lebih lama. Pada pengujian secara langsung terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu diantaranya :
a.       UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih di antara lembar substrat lalu digulung.
b.      UAK (Uji Antar Kertas), Metode UAK digunakan untuk benih yang tidak peka terhadap cahaya. Pada metode ini benih ditanam di antara substrat, kemudian substrat dilipat.
c.       UDK (Uji Di atasKertas) dan UDKm (Uji Di atas Kertas diMiringkan) dengan metode UDK dan UDKm dimaksudkan menguji benih di atas lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.
d.    UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar.
Selain cara-cara tersebut diatas pengujian juga dapat dilakukan di media pasir. cara pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh suatu benih pada media pasir yaitu sebagai berikut :
a.    Campur benih yang akan diuji dengan baik dan ambil segenggam benih kemudian rendam dengan air dingin selama satu hari.
b.   Hitung 100 butir benih untuk diuji (bisa digunakan 50, 40, 20 butir benih tergantung ukuran benih yang akan diuji).
c.    Tabur benih tersebut ke bak kecambah yang berisi pasir.
Setelah beberapa hari (5-7 hari) buka bak tabur dan amati jumlah biji yang berkecambah (misalkan ada 85 benih yang berkecambah). Kemudian menghitung daya kecambahnya.
Perbedaan secara mendasar antara ukdp dan ukddp adalah apabila ukdp hasil gulungan tidak didirikan sedangkan ukddp setelah di gulung maka akan didirikan secara vertical sehingga tanaman tumbuh tegak. Hal ini di dukung oleh Kartasapoetra (2003), yang menyatakan bahwa UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih di antara lembar substrat lalu digulung sedangkan UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar. Sedangkan perbedaanantara pengujian menggunaan sustrat kertas dan pasir sudah jelas bahwa biasanya benih yang digunakan pada substrat kertas ukuran benihnya yang relative besar sedangkan untuk benih yang digunakan untuk pengujian melalui substrat pasir relative kecil.
Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa terdapat benih yang mati dan juga abnormal hal ini dikarenakan terjadinya penurunan viabilitas dan vigor benih, penurunan ini disebsbkan karena kandungan secara fisiologis benih sudah mengalami kemunduran sehingga pada saat benih berkecambah akan mengalami ketidak normalan bahkan mati. Untuk benih yang mati kemungkinan benih yang digunakan embrio sudah tidak mampu berkecambah bahkan embriobenih sudah mengalami kematian.


BAB 5. PENUTUP

5.1 Simpulan
1.   vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan   lingkungan yang sub optimal.
2.  Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan.
3.  UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik), Pada metode ini benih diuji  dengan cara menanam benih di antara lembar substrat lalu digulung.
4. UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik), Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya yang berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar.

5.2 Saran
            Pada praktikum sebaiknya bahan disiapkan dengan baik sehingga pada saat praktikum dapat berjalan dengan lancer dan efisien waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Bewley and Black. 1985. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination. Vol. II. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 37 p.

Ching, Mary, Boulger and Konstrad. 1977. Correlation of Field Emergeny Rate and Vigor Criteria in Barley ultivars, Crop sci.17, 312-314

Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.

Kartasapoetra. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.

Sadjad. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Bogor : IPB.

Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sunantara, I., 2005. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau). Bandung.

Tatipata, Yudono, Purwantoro dan Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam Penyimpanan (Study on Physiology and Biochemistry Aspects of  Soybean Seed Deterioration in Storage). Ilmu Pertanian 11 (2), Hal. 76-87.

Throneberry and Smith. 2001. Relation of Respirations and Enzymic Activity to Corn Seed Viability. Plant Physiol. 30:337 – 343.


Yaya, Vearasilp, Phosupongi, dan Tpoweezik. 2003. Prediction of Soybean Seed Viablity and Quality In Relation To Seed Moisture Contents and Storage Temperature. Chiangmay University, Department of Agronomy. Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar